Jakarta, Berita Kita – Pengamat filsafat Rocky Gerung menyoroti maraknya kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh modifikasi kendaraan secara tidak bertanggung jawab. Hal itu ia sampaikan dalam sebuah diskusi bersama pihak kepolisian yang juga dihadiri oleh Direktur Keamanan dan Keselamatan Korlantas Polri, Irjen Pol. Agus Suryonugroho.
Rocky menyebut bahwa kecelakaan lalu lintas banyak dipicu oleh tindakan manusia yang merusak standar keselamatan kendaraan dengan melakukan modifikasi. Ia menilai tindakan tersebut sebagai pelanggaran logika dasar keselamatan berkendara.
“Ternyata banyak kecelakaan itu disebabkan oleh manusia yang memodifikasi kendaraannya, dan itu betul-betul menghina akal sehat kita. Apa yang sudah dibuat oleh pabrik itu adalah default ide. Kalau dimodifikasi lagi, itu sama saja kita merekayasa sesuatu yang akan berbahaya,” tegas Rocky.
Rocky juga menyinggung pentingnya membangun etika di jalan raya sebagai bagian dari budaya dan kemanusiaan. Ia mengapresiasi pendekatan Brigjen Agus Suryo yang tidak hanya menekankan aspek teknis keselamatan lalu lintas, tetapi juga menyentuh sisi psikologis dan nilai-nilai sosial.
“Saya senang bahwa Pak Agus Suryo mulai menerangkan bahwa keindahan di jalan raya adalah bagian dari kemanusiaan. Jalan raya itu jangan dianggap sebagai tempat pameran arogansi, dia justru tempat pameran etika,” ucap Rocky.
Menurutnya, persoalan di jalan raya bukan hanya soal teknis, tetapi juga erat kaitannya dengan budaya, psikologi, dan moralitas. Ia mengungkap bahwa dirinya diundang untuk turut memberikan perspektif filosofis tentang perilaku berkendara dan arogansi di jalan.
“Pak Agus menyarankan soal teknis, tapi dia minta juga saya terangkan hal-hal yang sifatnya value. Apa yang ada di belakang problem lalu lintas itu adalah kultur. Di belakang arogansi itu ada psikologi,” lanjut Rocky.
Dalam kesempatan yang sama, Rocky juga memberikan pesan khusus untuk anggota polisi lalu lintas. Ia menekankan pentingnya pemahaman multidisiplin bagi aparat, karena perilaku masyarakat di jalan seringkali dipengaruhi oleh tekanan hidup yang lebih dalam.
“Anggota polisi lalu lintas itu paling harus dibekali oleh semua ilmu pengetahuan. Bukan sekadar ilmu berlalu lintas, tapi juga psikologi, antropologi, sosiologi, dan filosofi. Karena kemarahan di jalan raya itu bisa berasal dari dapur yang tidak berasap atau kamar tidur yang tidak harmonis,” tutup Rocky.
Melalui kolaborasi antara pendekatan teknis dan humaniora, Rocky berharap ke depan akan tercipta suasana lalu lintas yang lebih damai dan angka kecelakaan akibat kesalahan manusia dapat terus ditekan.***
Editor : Rizki
Sumber Berita: https://youtube.com/shorts/LNtQtJPGwLg?si=mZ-pNbQOiMEwxytH