Istanbul, Berita Kita — Pemerintah Prancis menyatakan kembali komitmennya untuk mengakui negara Palestina sebagai bagian dari upaya mewujudkan perdamaian dan stabilitas di kawasan Timur Tengah.
Pernyataan tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot, saat berpidato dalam acara masyarakat sipil bertajuk Paris Call for the Two-State Solution, Peace and Regional Security yang digelar oleh Paris Peace Forum pada Jumat, 14 Juni 2025.
“Prancis akan menjunjung hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri dengan mengakui Negara Palestina,” ujar Barrot dalam pidatonya.
Ia menegaskan bahwa komitmen tersebut tidak berubah meskipun situasi politik dan keamanan di kawasan Timur Tengah terus berkembang.
“Saya tegaskan lagi di sini: terlepas dari perkembangan terbaru di kawasan itu, Prancis tetap bertekad untuk melakukannya,” ucap Barrot.
Barrot menyampaikan bahwa saat ini adalah momentum penting untuk mendorong lahirnya solusi politik yang menyeluruh bagi rakyat Palestina. Ia menyoroti urgensi konferensi internasional yang akan digelar di New York pada akhir Juni ini, yang merupakan inisiatif bersama antara Prancis dan Arab Saudi dengan dukungan penuh dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Solusi politik ini mencakup pembentukan negara Palestina yang layak dengan pemerintahan baru, dan jaminan keamanan yang kuat bagi Israel dan Palestina,” jelasnya.
Barrot mengajak masyarakat internasional untuk bertindak tegas dan berani dalam merespons krisis yang berkepanjangan.
Dia mengatakan, “Kita membutuhkan keberanian dan mobilisasi kuat dari komunitas internasional untuk kembali ke jalur perdamaian.”
Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya gencatan senjata segera di Jalur Gaza, pembebasan tanpa syarat semua sandera, serta akses penuh terhadap pengiriman bantuan kemanusiaan.
“Kita perlu gencatan senjata segera, pembebasan semua sandera tanpa syarat, dan pengiriman bantuan kemanusiaan secara masif dan tanpa hambatan ke Gaza,” tegas Barrot.
Ia memperingatkan bahwa prospek solusi dua negara kini berada dalam ancaman serius, akibat meningkatnya tindakan sepihak, pembangunan permukiman yang masif, ancaman aneksasi wilayah, dan runtuhnya kepercayaan terhadap proses perdamaian.
Barrot menyebut bahwa terlalu banyak warga sipil yang menjadi korban dalam konflik yang terus berlangsung di Gaza.
“Kita berutang rasa empati kepada mereka, dan setiap menit harus didedikasikan untuk mewujudkan gencatan senjata,” tutupnya. ***
Editor : Rizki
Sumber Berita: Rilis