Karawang, Berita Kita — Di Desa Pusaka Jaya Selatan, Kecamatan Cilebar, Karawang, sebuah gerakan sosial yang menyentuh hati kembali menggema. Yayasan Rindang Indonesia menggelar panen raya di atas lahan wakaf seluas satu hektar di Kampung Cikunir, menandai babak baru kontribusi wakaf terhadap ketahanan pangan nasional.
Kegiatan yang berlangsung pada akhir pekan itu tidak hanya menghadirkan panen padi, tetapi juga simbol nyata dari kolaborasi sosial yang membumi. Melibatkan jajaran pengurus yayasan, relawan, dan masyarakat sekitar, acara tersebut menjadi momentum penguatan solidaritas melalui pengelolaan lahan produktif berbasis wakaf.
Ketua Umum Yayasan Rindang Indonesia, M. Adhie Pamungkas, menjelaskan bahwa program wakaf sawah produktif merupakan bagian dari visi besar lembaganya. Ia menargetkan pengelolaan hingga 1.000 hektar lahan wakaf produktif sebelum tahun 2045.
“Panen ini bukan sekadar keberhasilan pertanian, melainkan langkah nyata dalam mewujudkan masa depan yang lebih baik. Program 1000 hektar ini bisa tercapai lebih cepat dari target asal ada dukungan semua pihak,” ujar Adhie.
Skema wakaf dilakukan melalui wakaf uang dengan nominal estimasi Rp100.000 per meter persegi. Hasilnya diorientasikan untuk mendukung kebutuhan pangan anak yatim, dhuafa, serta masyarakat lokal.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Dewan Penasehat sekaligus donatur tetap Yayasan Rindang Indonesia, Aswar Wahab. Ia menyampaikan apresiasi atas inisiatif wakaf untuk pangan dan mendorong sinergi antara lembaga sosial, pemerintah, hingga komunitas pendidikan.
“Ini sangat baik sekali. Kolaborasi semacam ini bisa membawa manfaat yang luas bagi masyarakat,” ungkap Aswar.
Pria asal Mandar, Sulawesi Selatan itu menyoroti pentingnya optimalisasi lahan tidur agar menjadi sawah produktif. Menurutnya, transformasi tersebut merupakan solusi konkret dalam menghadapi ancaman ketahanan pangan nasional yang kian kompleks.
“Asal ada sinergi antara pemerintah, lembaga sosial, pesantren, sekolah, kampus, dan masyarakat, saya yakin kita bisa menjawab tantangan besar seperti perubahan iklim, infrastruktur, irigasi, hingga distribusi,” tegasnya.
Ia juga mendorong keterlibatan generasi muda untuk menekuni bidang pertanian. “Bertani itu mulia, bisnis yang menjanjikan, dan penuh nilai sosial jika dilakukan dengan visi besar dan pengelolaan yang profesional,” ujarnya lagi.
Selain panen, kegiatan tersebut juga diisi dengan pembagian santunan bagi puluhan anak yatim dan janda lansia di sekitar lokasi. Yayasan membagikan paket sembako, uang saku, dan mushaf Alquran secara langsung sebagai bentuk kepedulian yang menyentuh kebutuhan dasar masyarakat.
Suasana haru menyelimuti kegiatan ketika doa bersama dipanjatkan khusus untuk almarhumah Ibu Asmah Wahab, ibunda dari Aswar Wahab. Doa ini menjadi penghormatan sekaligus ungkapan cinta dari keluarga besar Yayasan Rindang Indonesia.
Salah satu warga setempat, Ibu Neni, mengaku terbantu dengan adanya program tersebut. “Kami sangat terbantu. Semoga program ini terus berlanjut dan lahan-lahan lain juga bisa jadi sawah seperti ini,” tuturnya.
Sementara itu, Ate Heryana, pengelola lahan sekaligus warga Kampung Cikunir, menyatakan rasa optimisnya. “Positif dan baik bagi masyarakat setempat. Harapannya, program Yayasan Rindang Indonesia bisa terwujud lebih luas seperti yang dicita-citakan 1000 hektar lahan sawah,” ujarnya.
Dengan pendekatan gotong royong dan visi jangka panjang, panen raya kali ini bukan sekadar memanen beras, tetapi menumbuhkan harapan. Dari tangan-tangan para dermawan, masa depan masyarakat dhuafa tengah disemai—satu meter persegi demi satu meter persegi, untuk kemandirian pangan Indonesia.***
Editor : Rizki
Sumber Berita: Rilis