Ribuan warga dari berbagai latar belakang turun ke jalan-jalan utama New York untuk merayakan pencapaian bersejarah ini. Dukungan datang dari komunitas Muslim maupun non-Muslim yang melihat pencalonan ini sebagai simbol kemajuan demokrasi dan keterbukaan di Amerika Serikat.

Seorang pengguna media sosial bernama Heru Nugraha mengunggah cuplikan suasana perayaan melalui akun pribadinya. Dalam unggahannya, ia menulis, “Beginilah antusias masyarakat Amerika, khususnya di New York, saat calon Wali Kota Muslim terpilih.”

Calon Wali Kota yang berasal dari komunitas Muslim itu dikenal luas sebagai sosok yang moderat, berintegritas tinggi, dan aktif dalam kegiatan sosial lintas agama. Ia telah lama tinggal dan mengabdi di New York, menjadikan kota ini sebagai rumah kedua baginya.

Pemilihan calon ini berlangsung pada pertengahan pekan, dengan partisipasi pemilih yang cukup tinggi. Komisi Pemilihan setempat mencatat bahwa tingkat partisipasi meningkat signifikan dibandingkan pemilihan sebelumnya.

Menurut pengamat politik dari Universitas Columbia, pencalonan ini menjadi titik balik penting dalam sejarah politik Amerika. “Ini menunjukkan bahwa warga New York semakin inklusif dan terbuka terhadap keberagaman dalam kepemimpinan,” ujar Prof. Daniel Monroe.

Kampanye calon Wali Kota tersebut mengusung tema keadilan sosial, transparansi pemerintahan, dan penguatan komunitas. Ia juga menekankan pentingnya toleransi dan kerja sama lintas budaya di tengah meningkatnya tensi global.

Meski belum ditetapkan secara resmi sebagai Wali Kota, kemenangan dalam pemilihan pendahuluan telah membuka jalan lebar baginya untuk melaju ke tahap selanjutnya. Proses final akan ditentukan dalam pemungutan suara akhir yang dijadwalkan berlangsung dalam beberapa bulan ke depan.

Peristiwa ini menjadi momen penting bagi warga Amerika, khususnya komunitas Muslim yang selama ini sering mengalami stereotip negatif. Dukungan terbuka yang ditunjukkan warga New York mengirimkan pesan kuat bahwa keberagaman adalah kekuatan utama demokrasi. ***