Koba, Bangka Belitung BeritaKita — Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Budi Arie Setiadi menegaskan bahwa Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) menjadi instrumen strategis dalam memperjuangkan kemandirian ekonomi masyarakat desa di Indonesia.
“KDMP adalah alat perjuangan ekonomi warga untuk meningkatkan kesejahteraan dan membawa mereka menuju kemakmuran. Untuk itu, perlu dukungan dan partisipasi penuh dari masyarakat,” ujar Budi Arie saat melakukan kunjungan kerja di Desa Namang, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Rabu (16/7/2025).
Kunjungan kerja tersebut dilakukan dalam rangka memantau kesiapan peluncuran mock-up KDMP di Desa Namang, yang akan menjadi bagian dari 103 koperasi percontohan secara nasional. Seluruh model koperasi ini direncanakan diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto pada 21 Juli 2025 mendatang.
Dalam kesempatan yang sama, Menkop UKM turut meresmikan beberapa unit usaha koperasi yang sudah berjalan di Desa Namang. Unit usaha tersebut antara lain pangkalan elpiji, gudang pupuk, toko sembako, apotek, hingga layanan keuangan digital BRI Link.
Budi Arie menyampaikan bahwa hingga saat ini, sebanyak 56 unit KDMP di Kabupaten Bangka Tengah telah dinyatakan siap beroperasi. Ia berharap kehadiran koperasi tersebut dapat memberikan dampak nyata terhadap penguatan ekonomi lokal.
“Peran serta masyarakat sangat penting dalam memajukan KDMP. Di Desa Namang, misalnya, dari sekitar 3.000 penduduk, setidaknya 1.500 orang sebaiknya menjadi anggota koperasi,” tegasnya.
Menurut Budi Arie, koperasi desa harus menjadi motor penggerak produktivitas masyarakat dengan memanfaatkan potensi lokal secara maksimal. Ia menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya desa secara bijak dengan tetap menjunjung nilai-nilai kearifan lokal.
“Setiap desa di Indonesia memiliki karakteristik dan potensi berbeda. Di sinilah peran koperasi dalam menggali dan mengelola kekayaan alam desa sesuai dengan potensinya,” tuturnya.
Sebagai contoh, ia menyoroti potensi Hutan Pelawan di Desa Namang yang dikenal sebagai habitat lebah penghasil madu pelawan dengan rasa khas, yakni pahit dan manis.
“Pengurus KDMP harus mampu memaksimalkan potensi Hutan Pelawan, tidak hanya sebagai destinasi wisata, tapi juga sebagai hutan produksi yang menghasilkan madu. Ini akan berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi masyarakat,” pungkas Budi Arie. ***
Editor : Rizki
Sumber Berita: Rilis