Jakarta, BeritaKita – Sutradara dan penulis skenario ternama Joko Anwar kembali menggarap genre komedi setelah dua dekade melalui film terbarunya “Ghost in The Cell” (Hantu di Penjara). Film yang diproduksi oleh rumah produksi Come and See Pictures ini menandai comeback Anwar ke dunia komedi sejak film “Janji Joni” yang dirilis pada 2005.
Film horor komedi yang dijadwalkan tayang tahun depan ini menghadirkan jajaran pemeran bertabur bintang dengan Abimana Aryasatya sebagai pemeran utama. Kehadiran Abimana sekaligus menandai kembalinya aktor 42 tahun itu ke layar lebar setelah enam tahun absen sejak “Gundala” (2019), yang juga disutradarai Joko Anwar.
Selain Abimana, “Ghost in The Cell” turut dibintangi deretan aktor lintas generasi yang telah menjadi kolaborator reguler Joko Anwar. Di antaranya Bront Palarae, Danang Suryonegoro, Endy Arfian, Lukman Sardi, Mike Lucock, Yoga Pratama, Morgan Oey, Aming, Kiki Narendra, Rio Dewanto, Tora Sudiro, Almanzo Konoralma, Haydar Salishz, Arswendy Bening Swara, Dewa Dayana, Faiz Vishal, Jaisal Tanjung, dan Ho Yuhang. Film ini juga memperkenalkan pendatang baru Magistus Miftah yang ditemukan melalui open casting di media sosial.
Produser Tia Hasibuan menyebut film ini sebagaireuni beberapa aktor yang pernah terlibat dalam karya-karya sebelumnya. Lukman Sardi, Aming Sugandhi, dan Tora Sudiro kembali berkolaborasi setelah film komedi “Quickie Express” (2007) yang skenarionya ditulis Joko Anwar. Sementara Morgan Oey, Endy Arfian, dan Dewa Dayana merupakan trio yang juga tampil dalam “Pengepungan di Bukit Duri”.
Uniknya, Jaisal Tanjung yang selama ini dikenal sebagai kolaborator tepercaya Joko Anwar untuk mengarahkan tata gambar, untuk pertama kalinya tampil di depan layar sebagai pemeran.
Alur cerita “Ghost in The Cell” berkisah tentang konflik dua geng yang saling bermusuhan di dalam penjara Jakarta yang padat dan sesak. Konflik mereka semakin rumit ketika narapidana mulai tewas satu per satu bukan karena dibunuh musuh, melainkan oleh sosok hantu ganas. Situasi memaksa kedua geng untuk bekerja sama demi bertahan hidup.
“Komedi adalah cinta pertama saya. Saya masih menggilai horor. Jadi ini saatnya menggabungkan keduanya dalam satu film,” ungkap Joko Anwar selaku sutradara dan penulis skenario.
Tia Hasibuan selaku produser menegaskan bahwa proyek ini merupakan pencapaian terbaik Come and See Pictures hingga saat ini. Ia menjelaskan bahwa menggabungkan genre komedi dan horor membutuhkan keahlian khusus dan timing yang presisi.
“Film ini adalah pencapaian terbaik Come and See Pictures sejauh ini. Komedi dan horor, dua-duanya adalah genre yang perlu craftmanship dan timing yang presisi. Menggabungkan keduanya adalah challenge terbesar kami dan para kru dan pemain berhasil mencapainya,” kata Tia.
Abimana Aryasatya mengaku bahagia dapat kembali bermain di layar lebar setelah dalam beberapa tahun terakhir lebih fokus pada serial dan film platform digital. Ia menyebut kesempatan berkolaborasi kembali dengan Joko Anwar sebagai momen membahagiakan.
“Ini adalah momen yang membahagiakan bagi saya, karena bisa kembali bermain untuk film yang dibintangi oleh jajaran pemeran bertabur bintang dari lintas generasi dan negara. Setelah enam tahun, yang ternyata cukup lama juga saya absen dari layar lebar, sekarang kembali dalam genre yang segar, dan kembali bekerja sama dengan sutradara paling bersinar dari generasi saat ini, Joko Anwar,” terang Abimana.
Film “Ghost in The Cell” diproduksi oleh Come and See Pictures yang didirikan Joko Anwar dan Tia Hasibuan pada 2020. Rumah produksi ini telah menghasilkan beberapa karya berkualitas seperti “Pengabdi Setan 2: Communion”, serial Netflix “Nightmares and Daydreams” (2024), dan film “Pengepungan di Bukit Duri” untuk Amazon MGM Studios.
Informasi terbaru mengenai “Ghost in The Cell” dapat diikuti melalui Instagram @comeandseepictures. Film ini dijadwalkan tayang di bioskop pada 2026 ***.
Penulis : Rizki