Pendidikan Karakter Sejak PAUD Jadi Kunci Cegah Kenakalan Remaja

- Redaksi

Selasa, 12 Agustus 2025 - 18:24 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kota Bekasi, BeritaKita – Pendidikan karakter sejak usia dini menjadi fondasi penting dalam membentuk kepribadian anak. Hal ini ditegaskan oleh Neneng Kurnia, pendiri PAUD PK Banan sekaligus CEO Kampung Sahabat. Ia menyebut masa golden age atau usia emas anak adalah periode krusial yang akan menentukan karakter seseorang hingga dewasa.

 

Dalam program AsMEN Talk yang dipandu Muh. Hatta Tahir, di studio AsMEN, Jalan Puncak Cikunir No. 14, Jakasampurna, Bekasi Barat, Kota Bekasi. Neneng berbagi pengalamannya membina anak-anak selama bertahun-tahun. Meski berasal dari latar belakang sederhana anak yatim dan hanya lulusan SD ia mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan kesetaraan dan pemberdayaan masyarakat.

 

Masa Kecil yang Penuh Perjuangan

Neneng tumbuh tanpa ayah sejak usia tiga tahun dan hidup bersama enam saudara kandung. Setelah lulus SD, ia terpaksa bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Banten, Bandung, dan Jakarta untuk membantu ekonomi keluarga.

“Saya anak yatim yang cuma lulusan SD, jadi pembantu di Banten, Bandung, dan Jakarta,” kenangnya.

 

Pengalaman itu justru membentuk kepedulian sosialnya. Ia menganalogikan dirinya dengan kisah Bilal bin Rabah, seorang budak yang dibebaskan oleh Abu Bakar. Kini, Neneng bertekad menjadi “Abu Bakar” bagi anak-anak yang membutuhkan.

Baca Juga :  Puput Raih Nilai Sempurna UTBK 2021 dan Lolos ke Kedokteran UGM, Terinspirasi Perjuangan Nakes di Tengah Pandemi

 

Saat ini, ia membina sekitar 50 anak di Kampung Kemulung dan mendampingi 180 kepala keluarga melalui program pendidikan dan pemberdayaan.

 

Pendekatan Unik Mengelola Emosi Anak

Dalam praktik pendidikannya, Neneng menerapkan metode khusus untuk mengelola emosi anak. Salah satunya saat menangani murid yang selalu menangis selama satu jam karena tidak meraih peringkat pertama di kelas.

“Saya beri ruang untuk menangis. Dalam satu bulan, saya lihat perubahan dari menangis satu jam menjadi hanya lima menit,” jelasnya.

 

Metode ini terbukti efektif. Anak tersebut kini mampu mengontrol emosinya dan bahkan meminta izin sebelum meluapkan perasaan.

 

Kritik terhadap Solusi Instan

Neneng mengapresiasi kebijakan Gubernur Jawa Barat yang mengirim anak-anak nakal ke barak militer, namun menilai langkah itu hanya efektif untuk jangka pendek.

“Kalau di rumah tidak dikuatkan, ini akan lepas,” kritiknya.

 

Ia menegaskan, solusi berkelanjutan terletak pada peran orang tua dan pendidikan karakter sejak dini. Program enam bulan di barak militer dinilai tidak cukup tanpa pembinaan lanjutan di keluarga.

 

Memahami Tahapan Perkembangan Anak

Menurut Neneng, orang tua perlu memahami setiap tahap perkembangan psikologis anak. Misalnya, anak usia tiga tahun secara alami bersifat egosentris dan belum saatnya dipaksa berbagi.

Baca Juga :  Mariyem, Penjual Pecel di Sudut Terminal yang Menyulut Ketulusan dan Keteguhan Hidup

“Sebelum ke tahap berbagi, harus ke tahap memiliki dulu. Anak usia tiga tahun itu ego, egosentris,” paparnya.

 

Pemaksaan di usia yang belum tepat justru bisa berdampak negatif hingga dewasa, seperti kurangnya rasa syukur dan sulit menghargai kepemilikan.

 

Roadmap Kehidupan hingga Kematian

Neneng juga mengajak masyarakat untuk memiliki roadmap kehidupan yang jelas. Bahkan, ia membuat roadmap kematian sebagai motivasi untuk selalu berbuat baik.

“Saya ingin meninggal husnul khatimah hari Jumat, saat berbicara di depan 1.000 orang, dan di situ ada yatim dhuafa,” ungkapnya.

 

Baginya, konsep ini menjadi pendorong untuk terus memberikan manfaat sepanjang hidup.

 

Dukungan Pemerintah Masih Terbatas

Terkait pendidikan kesetaraan, Neneng mengakui ada perhatian dari pemerintah DKI Jakarta. Namun, keterbatasan SDM dan kesejahteraan tenaga pendidik masih menjadi hambatan.

“Tidak semua orang benar-benar total mendampingi pendidikan kesetaraan. Kita harus full heart, full time,” tegasnya.

 

Ia berharap pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan tutor dan relawan agar pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan dapat optimal.  ***

Editor : Redaksi

Berita Terkait

Nitri, Polwan Bali Pengawal Terakhir Bung Karno: “Sing Ngelah Pis,” Kata Sang Proklamator
Charles Dowding: Petani Inggris yang Membuktikan Mencangkul Itu Kesalahan Besar
Tak Harus Besi! Pilih Pagar Bambu yang Estetik dan Ramah Lingkungan
Mariyem, Penjual Pecel di Sudut Terminal yang Menyulut Ketulusan dan Keteguhan Hidup
Dari Pelosok Patia Menuju Mimbar Keadilan: Perlawanan Terhadap Nepotisme PPPK, Suara Perjuangan Guru Honorer di Pelosok Banten
Perjuangan Wijoyo, Pedagang Asal Tuban yang Tak Menyerah Lawan Sakit Urat Kejepit
Aldi, Tukang Cukur Garut yang Menebar Inspirasi di Pinggiran Jakarta
Sekjend DPD AsMEN Kabupaten Bekasi: Jangan Takut untuk Berbeda
Berita ini 63 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 6 November 2025 - 19:05 WIB

Nitri, Polwan Bali Pengawal Terakhir Bung Karno: “Sing Ngelah Pis,” Kata Sang Proklamator

Jumat, 31 Oktober 2025 - 15:57 WIB

Charles Dowding: Petani Inggris yang Membuktikan Mencangkul Itu Kesalahan Besar

Sabtu, 11 Oktober 2025 - 17:12 WIB

Tak Harus Besi! Pilih Pagar Bambu yang Estetik dan Ramah Lingkungan

Jumat, 10 Oktober 2025 - 11:13 WIB

Mariyem, Penjual Pecel di Sudut Terminal yang Menyulut Ketulusan dan Keteguhan Hidup

Kamis, 9 Oktober 2025 - 10:13 WIB

Dari Pelosok Patia Menuju Mimbar Keadilan: Perlawanan Terhadap Nepotisme PPPK, Suara Perjuangan Guru Honorer di Pelosok Banten

Berita Terbaru

Kenali gejala diabetes

Nenavin memiliki kandungan senyawa aktif yang bermanfaat bagi penderita diabetes