Jakarta, BeritaKita — Musisi senior Ikang Fawzi menilai sistem Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) di Indonesia perlu segera diperbarui agar pembagian royalti musisi lebih adil, transparan, dan sesuai perkembangan zaman.
Ikang menilai pembagian royalti saat ini belum dapat dikatakan merata karena terlalu banyak LMK yang berdiri tanpa manajemen kuat. Menurutnya, kondisi ini justru membuka peluang terjadinya pembagian yang tidak tepat sasaran.
“Belum, karena memang belum bisa (pembagian distribusi royalti) mencapai ke situ. Jadi memang aku sih berharap LMK jangan banyak-banyak, kalau bisa satu, benar-benar kredibel,” kata Ikang, saat ditemui di Jakarta, Rabu.
Pelantun lagu Preman itu menegaskan, kelemahan sistem LMK di Indonesia terletak pada rendahnya hambatan untuk mendirikan lembaga baru. Ia mengkhawatirkan hal tersebut hanya dimanfaatkan pihak tertentu yang oportunis untuk memperoleh keuntungan pribadi.
“Digitalisasi itu investasinya besar banget, enggak semua LMK bisa membiayai itu. Jadi kalau makin banyak, makin orang yang jadi oportunis aja untuk cari-cari persennya jadi pembagiannya tidak transparan tidak tepat sasaran,” ujarnya.
Ikang menyarankan agar LMK dibangun dengan manajemen profesional, pengalaman memadai, dan dukungan dana yang kuat. Dengan demikian, lembaga tersebut mampu mengelola royalti secara transparan dan siap diaudit kapan pun.
“Misalnya kalau dari sisi LMK-nya, organisasinya sudah menerapkan digitalisasi, profesional, transparan harus kapan aja diaudit,” tegasnya.
Ikang juga mengingatkan adanya konsep barrier to entry dalam dunia bisnis, di mana semakin sulit pendirian sebuah lembaga, semakin kecil potensi persaingan tidak sehat. Ia berharap perbaikan sistem LMK dapat segera diwujudkan agar royalti musisi terbagi secara adil dan tepat sasaran. ***
Editor : Redaksi