Legenda Kota Saranjana, Antara Mitos Framing dan Wisata

- Redaksi

Senin, 6 Oktober 2025 - 21:01 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kotabaru – Beberapa bulan terakhir, jagat maya kembali heboh dengan kisah Kota Saranjana di Kalimantan Selatan. Disebut-sebut sebagai “kota gaib” yang modern dan gemerlap, Saranjana ramai diperbincangkan, seolah benar-benar ada di Pulau Laut, Kotabaru.

 

Meski tidak tercatat secara administratif di peta pemerintahan, kisah Saranjana terus hidup dalam imajinasi publik. Mulai dari cerita masyarakat tentang gedung-gedung tinggi, lampu kota, hingga kisah mobil dan alat berat misterius yang dikirim ke “alamat Saranjana”.

 

Mitos yang Dikelola Jadi Daya Tarik

Indonesia tidak asing dengan cerita mistis yang kemudian berubah menjadi magnet wisata. Kita bisa menengok Lawang Sewu di Semarang, Gunung Salak di Bogor, atau Dieng Plateau di Banjarnegara. Awalnya dikenal dengan kisah mistis, lalu dikelola jadi destinasi wisata budaya dan sejarah.

 

Narasi Saranjana pun tampaknya bergerak ke arah yang sama. Dari sekadar cerita turun-temurun, mitos ini kini diframing sebagai branding wisata. Video penampakan, foto siluet kota, hingga peta kuno Belanda yang menyebut “Serandjana” digunakan untuk menguatkan cerita.

 

Framing dan Efek Media Sosial

Era digital memberi ruang luas bagi legenda lokal untuk mendunia. TikTok, Instagram, dan YouTube penuh dengan konten tentang Saranjana: “jalan menuju kota gaib”, “drone menangkap penampakan kota”, hingga kisah horor wisatawan yang “tersesat”.

Baca Juga :  Polda Metro Beri Trauma Healing ke Korban Kebakaran di Penjaringan

 

Cerita-cerita ini bekerja layaknya promosi wisata digital berbasis storytelling. Semakin banyak orang penasaran, semakin besar pula potensi wisata ke Kotabaru, Kalimantan Selatan.

 

Suara dari warga lokal

Aminah (48 tahun), warga Kotabaru yang berprofesi sebagai Guru Taman Kanak-kanak saat dikonfirmasi via sambungan telepon mengungkapkan bahwa legenda Saranjana sudah lama hidup di tengah warga Pulau Laut.

 

“Saya mulai mendengar legenda Saranjana sejak tahun 1995 setelah saya lulus SMA. Foto yang beredar di media sosial kemungkinan itu benar adanya. Namun demikian tidak semua orang bisa masuk ke sana, kecuali orang yang punya indra ke enam,” tuturnya.

 

Aminah yang semasa SMA pernah satu kelas dengan Imam (jurnalis MDI NEWS) juga tidak membantah jika ada orang yang berpendapat legenda Saranjana sengaja diframing untuk menarik wisatawan lokal maupun luar negeri karena beragam potensi daerah Kalimantan Selatan punya banyak destinasi wisata.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kalimantan Selatan, Muhammad Syarifuddin, menilai narasi ini bisa menjadi peluang.

 

> “Legenda Saranjana jangan dilihat hanya dari sisi mistis, tapi juga sebagai kekayaan budaya. Dengan pengelolaan yang tepat, ia bisa menjadi daya tarik wisata yang memberi manfaat ekonomi bagi warga lokal,” katanya.

 

Perspektif Akademisi

Baca Juga :  TPS 3R Pulogebang: "Dari Tumpukan Sampah, Lahir Harapan Baru bagi Warga"

Dari sisi budaya, framing mitos menjadi strategi yang lumrah. Prof. Edy Sedyawati (budayawan) pernah menekankan bahwa cerita rakyat adalah “identitas lokal yang bisa diberdayakan untuk pariwisata”.

 

Dalam teori komunikasi pariwisata, narasi seperti Saranjana berfungsi untuk:

 

– Membuat branding destinasi unik, berbeda dari daerah lain.

 

– Menarik wisatawan niche, seperti pecinta wisata horor dan budaya.

 

– Menghidupkan kembali identitas lokal yang sering terpinggirkan.

 

Namun, akademisi juga mengingatkan agar jangan sampai mitos dikelola dengan klaim berlebihan atau pseudo-ilmiah yang menyesatkan publik.

 

Antara Imajinasi dan Ekonomi Lokal

Bagi masyarakat awam, Saranjana adalah kisah misteri yang memicu rasa penasaran. Bagi pemerintah daerah, legenda ini adalah peluang ekonomi wisata. Bagi akademisi, Saranjana adalah teks budaya yang menarik untuk dikaji.

 

Apapun perspektifnya, viralnya Kota Saranjana menunjukkan bahwa mitos bisa menjadi aset budaya jika dikelola dengan tepat. Ia tidak sekadar cerita gaib, melainkan pintu masuk untuk mengenalkan Kalimantan Selatan ke panggung nasional, bahkan internasional.

 

Saranjana mungkin memang tidak bisa kita temukan di Google Maps. Tapi dalam lanskap budaya dan pariwisata, ia nyata adanya: sebuah mitos yang diframing, lalu dihidupkan kembali sebagai daya tarik wisata sekaligus identitas lokal.

 

 

(Dari berbagai sumber) 

 

Penulis : Imam Setiadi

Berita Terkait

Sempati 89 Berduka Kehilangan Sosok Peduli Sesama
Empat Tahun Menanti Keadilan, Tiga Pekerja Salon di Kemang Belum Terima Hak Usai Menang di MA
Gubernur Banten Aktifkan Kembali Kepala SMAN 1 Cimarga Usai Kasus Tampar Siswa
TPS 3R Pulogebang: “Dari Tumpukan Sampah, Lahir Harapan Baru bagi Warga”
Pasar Wonogiri Dilalap Api Dini Hari, Asal Api Diduga dari Lantai Dua
Jejak Sejarah Rupiah: Dari “Rupaya” Sansekerta hingga Jadi Simbol Kedaulatan Indonesia
Pulangkan 30.000 Artefak Jawa dari Belanda, Pengembalian Terbesar Sepanjang Sejarah
Buruh Kepung Pemkab Bekasi, Tuntut Upah Layak dan Pengadilan Hubungan Industrial
Berita ini 22 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 17 Oktober 2025 - 16:22 WIB

Sempati 89 Berduka Kehilangan Sosok Peduli Sesama

Kamis, 16 Oktober 2025 - 19:33 WIB

Empat Tahun Menanti Keadilan, Tiga Pekerja Salon di Kemang Belum Terima Hak Usai Menang di MA

Kamis, 16 Oktober 2025 - 01:18 WIB

Gubernur Banten Aktifkan Kembali Kepala SMAN 1 Cimarga Usai Kasus Tampar Siswa

Minggu, 12 Oktober 2025 - 15:18 WIB

TPS 3R Pulogebang: “Dari Tumpukan Sampah, Lahir Harapan Baru bagi Warga”

Senin, 6 Oktober 2025 - 21:01 WIB

Legenda Kota Saranjana, Antara Mitos Framing dan Wisata

Berita Terbaru

Ekonomi/Bisnis

Koperasi Merah Putih, Gerakan Baru Menuju Ekonomi Kerakyatan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 01:40 WIB

Peristiwa

Sempati 89 Berduka Kehilangan Sosok Peduli Sesama

Jumat, 17 Okt 2025 - 16:22 WIB

Kenali gejala diabetes

Nenavin memiliki kandungan senyawa aktif yang bermanfaat bagi penderita diabetes