Jakarta, BeritaKita — Di tengah arus globalisasi yang semakin kuat dan persaingan ekonomi dunia yang didominasi dua raksasa, Amerika Serikat dan China, semangat kebersamaan menjadi kunci bagi masyarakat untuk tetap bertahan dan maju. Hal inilah yang ditegaskan oleh Sunarto, S.Pd.I, dalam pemaparan bertajuk “Koperasi Desa Kota: Ekonomi Gotong Royong untuk Kemandirian Bangsa” yang digelar di Toko Kodeko, Pondok Cabe. Kamis, 23 Oktober 2025.
Dalam kesempatan tersebut, Sunarto menegaskan bahwa Kodeko bukan sekadar lembaga ekonomi, melainkan “roh gotong royong” yang menghidupkan kembali semangat kolektif warga desa untuk mencapai kesejahteraan bersama.
“Koperasi itu bukan cuma wadah simpan pinjam, tapi rumah besar tempat semua anggota saling menopang. Ada tiga hal penting yang harus kita pegang: gotong royong menyatukan anggota, koperasi sebagai motor ekonomi desa, dan inovasi berbasis kebersamaan,” ujar Sunarto penuh semangat.
Gotong Royong, Fondasi yang Tak Lekang Waktu
Sunarto menilai, nilai-nilai gotong royong yang telah lama menjadi ciri khas bangsa Indonesia perlu dihidupkan kembali melalui gerakan koperasi. Di tengah budaya individualistik dan kompetisi pasar yang semakin ketat, koperasi hadir sebagai alternatif ekonomi yang lebih manusiawi.
“Kalau di pasar global setiap orang berlomba-lomba untuk menang sendiri, di koperasi kita belajar menang bersama,” tambahnya.
Bagi Sunarto, keberhasilan ekonomi tidak hanya diukur dari besarnya laba, tetapi dari seberapa besar manfaat yang bisa dirasakan bersama. Melalui koperasi, masyarakat dapat memperkuat posisi tawar mereka, khususnya petani, pelaku UMKM, dan pedagang kecil.
Koperasi Sebagai Motor Ekonomi Desa
Kodeko (Koperasi Desa Kota) diharapkan menjadi penggerak ekonomi masyarakat dari bawah. Dengan mengembangkan produk lokal, memperkuat jaringan distribusi, dan memberikan pelatihan bagi anggota, koperasi diyakini mampu meningkatkan pendapatan serta membuka lapangan kerja baru.
Sunarto juga mengajak generasi muda untuk ikut aktif dalam gerakan koperasi. Menurutnya, anak muda perlu melihat koperasi bukan sebagai hal kuno, melainkan sebagai wadah inovasi sosial yang relevan dengan tantangan zaman digital.
“Anak muda harus hadir. Mereka bisa membawa ide segar, teknologi, dan cara berpikir baru untuk membuat koperasi lebih adaptif dan produktif,” ujarnya.
Menjawab Tantangan Pasar Global
Dalam konteks global, dominasi Amerika Serikat dan China yang sering berseteru dalam perang dagang memberikan dampak besar terhadap ekonomi dunia. Ketegangan kedua negara ini menyebabkan kenaikan tarif impor, gangguan rantai pasok, dan ketidakpastian harga komoditas.
Sunarto menilai, Indonesia tidak boleh hanya menjadi penonton dalam dinamika global tersebut. Melalui koperasi yang kuat, masyarakat dapat membangun kemandirian ekonomi, memperkuat produksi dalam negeri, dan mengurangi ketergantungan pada pasar luar.
Kegiatan di Toko Kodeko sore itu ditutup dengan ajakan reflektif dari Sunarto kepada seluruh anggota koperasi yang hadir.
“ Jangan lupa setelah selesai acara ini berbelanja untuk di bawa pulang. Mari kita kembalikan semangat gotong royong sebagai dasar ekonomi bangsa. Kalau kita bersatu, bergerak bersama, insya Allah kesejahteraan itu bisa kita wujudkan, bukan untuk segelintir orang, tapi untuk semua.”
Dengan semangat kebersamaan yang mengakar kuat, Kodeko membuktikan bahwa koperasi bukan hanya instrumen ekonomi, melainkan gerakan sosial yang menumbuhkan harapan baru dari desa, untuk Indonesia. ***
Penulis : Dadan