“Ironi Jakarta: Pembangunan Menjulang, Ruang Pemakaman Kian Menghilang”

- Redaksi

Sabtu, 1 November 2025 - 17:53 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta, BeritaKita — Di tengah gegap gempita pembangunan yang menghiasi langit Jakarta dengan deretan gedung pencakar langit dan kawasan bisnis megah, terselip kenyataan getir yang jarang disorot publik. Kota yang tak pernah tidur ini kini menghadapi persoalan serius: lahan pemakaman kian menipis dan hampir habis di beberapa wilayah. Sabtu, (1/11/25).

 

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencatat bahwa dalam beberapa tahun terakhir, ketersediaan lahan pemakaman menurun secara signifikan. Sementara itu, kebutuhan ruang untuk perumahan, perkantoran, hingga pusat perbelanjaan terus meningkat tajam. Akibatnya, Tempat Pemakaman Umum (TPU) yang dulu menjadi bagian penting dari tata ruang kota kini terdesak oleh laju pembangunan yang masif.

 

Di kawasan Penggilingan, Jakarta Timur, kondisi keterbatasan lahan semakin terasa nyata. TPU setempat kini berada dalam situasi kritis. Suryanto (52), petugas pemakaman yang telah mengabdikan diri selama dua dekade, mengaku kesulitan mencari lahan baru untuk warga yang meninggal dunia.

Menurutnya, tempat yang tersedia hampir tidak ada lagi. Ia mengatakan, “Sudah hampir tidak ada tempat lagi. Kalau ada yang meninggal, kami harus putar otak, kadang terpaksa tumpang tindih makam lama.”

Baca Juga :  Pemerintah Kecamatan Cilincing Dukung Penuh Program Makanan Bergizi di Marunda Baru, Dorong Peningkatan Kesejahteraan Warga

 

Fenomena keterbatasan lahan ini tidak hanya terjadi di Penggilingan. Beberapa TPU lain seperti Karet Bivak, Menteng Pulo, dan Tegal Alur juga menghadapi permasalahan serupa. Sebagian besar telah menerapkan sistem pemakaman tumpang tindih hingga tiga jenazah dalam satu liang, dengan jarak waktu tertentu. Solusi darurat ini diambil untuk menampung kebutuhan pemakaman yang terus meningkat setiap tahun.

 

Namun, langkah tersebut membawa dampak sosial dan emosional yang tidak kecil bagi masyarakat. Banyak warga merasa kehilangan nilai sakral dari tempat peristirahatan terakhir keluarganya. Rani (37), warga Cakung, menuturkan pengalamannya ketika kesulitan mencari lahan untuk memakamkan ibunya. Ia berkata, “Kalau makamnya ditumpuk atau dipindah, rasanya seperti kehilangan dua kali.”

 

Sementara itu, di sisi lain kota, deru pembangunan terus menggema. Gedung-gedung megah, apartemen mewah, dan pusat bisnis baru bermunculan di berbagai sudut ibu kota. Setiap meter tanah dihitung berdasarkan nilai ekonominya, sedangkan nilai sosial dan kemanusiaan sering kali terabaikan.

 

Pemerhati tata kota, Ir. Bagus Pranowo, menilai kondisi ini sebagai bentuk ironi besar dari wajah modernisasi Jakarta. Ia menyebut bahwa pembangunan ideal seharusnya tidak hanya memikirkan ruang untuk hidup, tetapi juga ruang untuk mati dengan layak. “Lahan pemakaman adalah bagian dari ekosistem kota yang berkelanjutan,” ungkapnya.

Baca Juga :  Posyantek Lebak Denok Jadi Tujuan KKN Mahasiswa Politeknik PGRI Banten

 

Upaya pemerintah untuk memperluas area pemakaman ke wilayah penyangga seperti Bekasi dan Depok memang sudah dilakukan. Namun, kebijakan tersebut justru menimbulkan masalah baru. Bagi warga berpenghasilan rendah, biaya transportasi dan pemakaman di luar wilayah Jakarta sering kali terlalu berat untuk ditanggung.

 

Situasi ini menunjukkan bahwa pembangunan kota seharusnya tidak hanya berorientasi pada beton dan baja. Pembangunan sejati adalah yang mampu menyeimbangkan kebutuhan fisik dan spiritual warganya. Keberadaan lahan pemakaman merupakan simbol penghormatan terakhir terhadap kehidupan manusia, bukan sekadar lahan tanpa nilai ekonomi.

 

Kini, di antara deretan gedung menjulang dan jalanan yang tak pernah sepi, nisan-nisan yang berdempetan menjadi saksi bisu perubahan zaman. Di kota yang terus tumbuh ke atas, ruang untuk beristirahat justru makin menipis. Jakarta, dengan segala kemegahannya, perlahan kehilangan tempat bagi warganya untuk berpulang dengan tenang.  ***

 

Penulis : Dadan

Berita Terkait

Camat Teluknaga Gunting Pita Peresmian Koperasi Desa Merah Putih Desa Bojong Renged
48 Pasangan Ikuti Nikah Massal Rindang Hajatan 2025 di Jakarta Utara
RSHS Olah 400 Kg Sampah Organik Per Hari Jadi Eco-Enzym: Inovasi Hijau yang Hemat Puluhan Juta Rupiah
BGN Tegaskan Pendanaan Rp20 Triliun dari Danantara Difokuskan untuk Peternak Ayam Lokal
BGN Perketat Aturan Kemitraan MBG, Pastikan Setiap Dapur Gizi Dikelola Secara Profesional
Produksi Jagung Melimpah, Garut Kini Fokus Tambah Nilai Lewat Pabrik Silase
Bangkitkan Kedaulatan Pangan, BGN Dorong Lahirnya 6 Juta Peternak Baru untuk Dukung Program MBG
Sterilisasi Food Tray Jadi Syarat Wajib SPPG untuk Cegah Keracunan Program Makan Bergizi Gratis 
Berita ini 22 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 18 Desember 2025 - 10:12 WIB

Camat Teluknaga Gunting Pita Peresmian Koperasi Desa Merah Putih Desa Bojong Renged

Senin, 15 Desember 2025 - 05:44 WIB

48 Pasangan Ikuti Nikah Massal Rindang Hajatan 2025 di Jakarta Utara

Rabu, 19 November 2025 - 13:05 WIB

RSHS Olah 400 Kg Sampah Organik Per Hari Jadi Eco-Enzym: Inovasi Hijau yang Hemat Puluhan Juta Rupiah

Rabu, 19 November 2025 - 11:50 WIB

BGN Tegaskan Pendanaan Rp20 Triliun dari Danantara Difokuskan untuk Peternak Ayam Lokal

Selasa, 18 November 2025 - 19:24 WIB

BGN Perketat Aturan Kemitraan MBG, Pastikan Setiap Dapur Gizi Dikelola Secara Profesional

Berita Terbaru

Kenali gejala diabetes

Nenavin memiliki kandungan senyawa aktif yang bermanfaat bagi penderita diabetes