JAKARTA, BERITAKITA||Puluhan warga Kompleks Jakarta Garden City (JGC), Cakung, Jakarta Timur, menggelar aksi damai di depan fasilitas Refuse Derived Fuel (RDF) Plant Rorotan, Senin (4/11). Mereka memprotes bau tidak sedap yang diduga berasal dari lokasi pengolahan sampah tersebut.
Fasilitas RDF Rorotan berjarak sekitar 850 meter dari kawasan hunian warga. Aroma yang menyengat, terutama pada pagi dan sore hari, disebut mulai mengganggu aktivitas warga sejak beberapa bulan terakhir.
“Kami tidak menolak adanya program pengelolaan sampah, tapi kami ingin udara yang bersih untuk keluarga kami. Anak-anak sering batuk dan mual karena bau busuk yang datang dari arah RDF,” ujar Rina Lestari (38), salah satu perwakilan warga JGC.
Dalam aksi yang berlangsung tertib itu, warga dari berbagai kluster seperti Laurel, Yarra, Mississippi, dan Thames membawa spanduk berisi tuntutan agar pengoperasian RDF ditinjau ulang. Mereka meminta pemerintah menutup sementara fasilitas tersebut sampai ada solusi yang jelas terkait pencemaran udara.
Warga mengaku telah menyampaikan keluhan secara resmi ke pihak pengelola RDF dan Pemerintah Kota Jakarta Timur, namun belum mendapat tanggapan memuaskan.
“Kami hanya ingin didengar. Kami berharap Pemprov DKI meninjau ulang izin operasional RDF Rorotan dan memastikan tidak ada dampak negatif bagi lingkungan sekitar,” tambah Rina.
Menanggapi aksi warga, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menegaskan akan segera menurunkan tim investigasi untuk mengecek kualitas udara di sekitar lokasi.
“Kami akan lakukan pengukuran dan evaluasi menyeluruh terhadap RDF Rorotan. Jika terbukti ada gangguan bau atau pencemaran, tentu akan ada langkah penanganan,” ujar Kasubag Humas DLH DKI Jakarta, Andi Saputra, kepada wartawan.
RDF Rorotan merupakan fasilitas yang mengubah sampah menjadi bahan bakar alternatif bagi industri semen. Teknologi ini digadang-gadang sebagai solusi pengurangan volume sampah yang dikirim ke TPA Bantar Gebang. Namun, penerapannya tak luput dari tantangan, terutama dalam menjaga kualitas udara.
Pakar lingkungan dari Universitas Indonesia, Dr. Dwi Rahmawati, menjelaskan bahwa teknologi RDF sebenarnya ramah lingkungan jika dijalankan sesuai standar. “Masalah bau biasanya muncul karena proses pemisahan atau pengeringan tidak dilakukan tertutup. Sistem filtrasi dan kontrol emisi harus benar-benar dijaga,” katanya.
Meski sempat kesal, warga JGC menegaskan aksi mereka bukan untuk memusuhi pemerintah atau pengelola RDF. Mereka hanya ingin hidup nyaman di lingkungan yang sehat.
“Kami siap diajak dialog. Kami percaya, kalau semua pihak mau terbuka, pasti ada jalan tengahnya,” ujar Rina menutup pernyataan.
Aksi damai tersebut berlangsung tertib dan berakhir sekitar pukul 11.00 WIB dengan pengawalan aparat kepolisian. Warga kini menunggu langkah nyata dari pemerintah untuk memastikan udara JGC kembali bersih dan layak dihirup. ***
Penulis : Dadan