SUBANG, BERITAKITA || Kasus dugaan kekerasan oleh seorang guru terhadap siswanya di Kabupaten Subang, Jawa Barat, menarik perhatian publik. Guru bernama Rana Saputra mengakui telah menampar muridnya yang berinisial ZR. Peristiwa itu sempat viral di media sosial setelah orang tua siswa melabrak guru tersebut di sekolah. Dalam pengakuannya, Rana juga menyebut dirinya diminta untuk mengganti biaya visum sebesar Rp150 ribu oleh pihak keluarga siswa.
Menanggapi kejadian tersebut, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi bergerak cepat dengan mendatangi langsung sekolah tempat kejadian berlangsung, yaitu SMP Negeri 2 Jalan Cagak, Subang. Dedi menemui guru yang bersangkutan untuk mendengarkan kronologi dari pihaknya. Dalam unggahan di media sosialnya pada Rabu, 5 November 2025, Dedi memperlihatkan momen pertemuannya dengan Rana Saputra yang menjelaskan alasan di balik tindakannya.
Rana menuturkan bahwa dirinya menampar siswa bukan tanpa alasan. Menurut penjelasannya, ZR kerap melakukan pelanggaran berulang, seperti merokok di lingkungan sekolah, berkelahi dengan teman, mengganggu kelas lain, hingga memanjat pagar sekolah. “Anak ini sudah sering melanggar aturan, jadi waktu itu saya hilang kesabaran dan menegurnya dengan keras,” ujar Rana dalam video yang diunggah Dedi.
Menanggapi hal tersebut, Dedi Mulyadi menilai bahwa insiden ini berawal dari kesalahpahaman dan tindakan yang didorong oleh emosi sesaat. Ia menegaskan bahwa kekerasan fisik tidak boleh dijadikan solusi dalam dunia pendidikan, namun juga menekankan pentingnya kedisiplinan dan sinergi antara guru dan orang tua. “Tugas guru adalah mendidik siswanya, dan tugas orang tua mendidik anaknya. Dua-duanya harus saling menghargai,” ujar Dedi.
Setelah berdialog dengan pihak guru, Dedi juga menemui orang tua ZR, yakni Dedi Rukmana, untuk mendengar penjelasan dari sisi keluarga siswa. Dalam pertemuan yang berlangsung secara terbuka dan disiarkan di media sosial itu, orang tua ZR menyampaikan harapannya agar masalah ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. “Semoga ke depan lebih baik, baik untuk anak saya maupun untuk para guru dalam mendidik anak-anaknya,” ungkap Dedi Rukmana.
Gubernur Dedi kemudian menegaskan bahwa penyelesaian kasus ini akan dilakukan secara kekeluargaan tanpa menempuh jalur hukum. Ia menilai, penyelesaian damai merupakan langkah terbaik agar tidak mengganggu proses belajar-mengajar dan menjaga ketenangan sekolah. “Mudah-mudahan tidak ada dendam dan tidak ada proses hukum. Semua berdamai demi pendidikan anak Jawa Barat,” ucapnya.
Lebih lanjut, Dedi mengimbau agar para guru tetap tegas namun bijak dalam menegakkan disiplin di sekolah. Ia menyarankan agar hukuman yang diberikan bersifat mendidik, bukan menyakiti. “Kalau mau memberi sanksi, berikan yang membentuk karakter. Misalnya menyapu halaman, membersihkan toilet, atau membantu menjaga kebersihan sekolah,” pesan Dedi.
Melalui penyelesaian ini, Dedi berharap tidak ada lagi kesalahpahaman antara guru dan orang tua di sekolah-sekolah Jawa Barat. Ia menekankan bahwa dunia pendidikan harus menjadi tempat membangun karakter, bukan tempat menumbuhkan konflik. “Yang penting, semangat mengajar jangan padam. Terus didik anak-anak dengan tegas tapi penuh kasih,” tutupnya. ***
Editor : Redaksi