JAKARTA, BERITAKITA || Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi salah satu prioritas pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, kini menghadapi tantangan besar di sektor penyediaan bahan pangan hewani. Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menyebut Indonesia membutuhkan sedikitnya 6 juta peternak baru untuk memastikan pasokan ayam dan telur tetap aman dalam pelaksanaan program tersebut.
“Kalau kita tidak punya tambahan peternak sebanyak 6 juta orang mulai tahun depan, kita akan mengalami kekurangan pasokan. Itu pun baru untuk dua kali pemberian telur ayam per minggu. Kalau program ini ingin berjalan tiap minggu seperti arahan Bapak Presiden, kebutuhan akan jauh lebih besar lagi,” ujar Dadan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IX DPR RI, di Jakarta, Rabu (12/11).
Menurut Dadan, setiap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur umum MBG membutuhkan bahan pangan dalam jumlah sangat besar, terutama sumber protein hewani seperti telur dan daging ayam. Tanpa penguatan di sisi produksi, ia khawatir keberlanjutan program MBG bisa terganggu.
“Kita ingin anak-anak Indonesia makan bergizi, tapi itu harus ditopang oleh rantai pasok yang kuat dan berkelanjutan. Karena itu, kami dorong tumbuhnya peternak-peternak baru, khususnya dari kalangan muda dan pedesaan,” tegas Dadan.
Program MBG sendiri ditujukan untuk meningkatkan asupan gizi anak-anak sekolah dasar dan menengah di seluruh Indonesia. Dengan cakupan jutaan siswa, kebutuhan telur dan ayam diperkirakan akan melonjak signifikan. Kondisi ini, menurut BGN, justru membuka peluang besar bagi masyarakat untuk terjun ke dunia peternakan.
Selain menjadi solusi terhadap potensi defisit pasokan, penambahan peternak juga dapat menciptakan lapangan kerja baru di sektor pangan. Dadan menjelaskan, BGN tengah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian dan Kementerian Koperasi & UKM untuk menyiapkan berbagai bentuk dukungan, mulai dari akses permodalan, pelatihan teknis, hingga kemitraan dengan industri pakan dan distribusi.
“Kalau peternak lokal tumbuh, manfaatnya bukan hanya untuk MBG, tapi juga untuk ekonomi desa. Anak muda bisa pulang kampung dan tetap sejahtera lewat peternakan,” ujarnya optimistis.
Pemerintah berharap partisipasi publik dapat menjadi motor penggerak. Masyarakat, koperasi, bahkan perguruan tinggi diharapkan ikut serta dalam membangun ekosistem peternakan yang modern dan berdaya saing.
Dadan menegaskan, keberhasilan program MBG tidak hanya diukur dari jumlah makanan yang tersaji di meja anak-anak sekolah, tetapi juga dari kemandirian bangsa dalam memenuhi kebutuhan gizinya sendiri.
“Ini bukan sekadar program makan gratis, tapi langkah besar menuju kedaulatan pangan nasional. Kita ingin Indonesia kuat karena rakyatnya sehat,” pungkas Dadan.
Dengan semangat gotong royong dan dukungan lintas sektor, BGN optimistis target 6 juta peternak baru bukan sekadar angka ambisius, melainkan gerakan nasional menuju masa depan gizi yang lebih baik untuk seluruh anak bangsa. ***
Penulis : Dadan
Sumber Berita: Rilis