INDRAMAYU, BERITAKITA || Pelatihan Pelaku Didik ke-25 di Mahad Al-Zaytun kembali menghadirkan agenda strategis yang menyoroti pentingnya kedaulatan pangan Indonesia. Kegiatan ini mengangkat tema besar mengenai revolusi pangan sebagai fondasi menuju Indonesia Emas 2045.
Acara berlangsung pada Minggu, 23 November 2025, di Masjid Rahmatan Lil Alamin, kampus Mahad Al-Zaytun Indramayu. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian pelatihan berkelanjutan yang telah dimulai sejak 1 Juni 2025.
Pelatihan ini dirancang sebagai wadah peningkatan kapasitas para pelaku didik, wali santri, civitas akademika, serta petani P3 KPI dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan global. Penyelenggara menekankan pentingnya kesadaran kolektif dalam membangun kemandirian pangan.
Dalam simposium tersebut, Prof. Dr. Ir. Ali Zum Mashar, M., M.Si., ilmuwan bioteknologi nasional, menghadirkan materi mengenai strategi mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada tahun 2045. Pemaparan ini menekankan perlunya transformasi lahan, peningkatan produktivitas, dan penguatan pertanian organik.
Prof. Ali Zum Mashar menjelaskan beberapa inovasi teknologi yang sedang dikembangkan untuk mendukung revolusi pangan. Ia menyampaikan tentang potensi mikroba Google Bio P2000Z yang berfungsi meningkatkan kesuburan tanah secara signifikan.
Selain itu, Prof. Ali juga memaparkan keunggulan padi Trisakti yang dirancang untuk menghasilkan panen yang lebih produktif. Teknologi ini diharapkan menjadi salah satu motor penggerak peningkatan hasil pertanian nasional.
Mahad Al-Zaytun turut mengambil peran penting melalui penerapan pertanian presisi. Langkah ini menjadi bagian dari upaya institusi tersebut dalam memperkenalkan metode pertanian modern kepada masyarakat dan petani binaan.
Sebagai bentuk kontribusi terhadap pembangunan sumber daya manusia, Al-Zaytun juga mendirikan Politeknik Tanah Air. Lembaga ini difokuskan untuk mencetak tenaga ahli yang mampu menguasai teknologi pertanian masa depan.
Inisiatif revolusi pangan ini dinilai krusial untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan pangan. Upaya tersebut juga diharapkan mampu membuka peluang usaha baru dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat luas.
Penerapan teknologi pertanian modern diprediksi akan memperkuat ketahanan pangan nasional. Dengan sistem budidaya yang lebih efisien, produktivitas pertanian Indonesia berpotensi meningkat secara berkelanjutan.
Dalam jangka panjang, berbagai terobosan yang diperkenalkan menjadi landasan penting bagi Indonesia untuk tampil sebagai negara eksportir pangan utama di tingkat global. Kontribusi ini sekaligus memperkuat peran Indonesia dalam menjaga stabilitas pangan dunia.
Syekh Al-Zaytun memberikan penegasan mengenai pentingnya peran manusia dalam menjaga dan mengelola alam. Ia menekankan bahwa pendidikan yang holistik menjadi kunci dalam menciptakan ketahanan pangan berkelanjutan. Dalam arahannya, Syekh menyampaikan kutipan langsung: “Berbicara pangan itu tidak pernah putus berdiskusi tentangnya, sebab tugas daripada Tuhan yang utama adalah mengenyangkan makhluknya.” ***
Editor : Beritakita.click
Sumber Berita: @LognewsTV