Jakarta, BeritaKita — Di tengah denyut nadi ibu kota yang tak pernah henti, terselip kisah sederhana namun penuh makna dari seorang tukang cukur bernama Aldi. Pria berusia 30 tahun itu datang jauh-jauh dari Garut, Jawa Barat, demi mengais rezeki di sudut keci Kota Jakarta.
Lapak cukur milik Aldi berdiri di kawasan Pulo Jahe, Cakung. Tempatnya jauh dari kata mewah, hanya beralaskan bangku kayu, cermin sederhana, dan etalase mungil berisi alat-alat cukur yang setia menemaninya bertahun-tahun. Dari ruang kecil itu, ia menghadirkan senyum dan rasa percaya diri bagi banyak orang.
Setiap pagi, Aldi sudah terlihat sibuk membersihkan tempatnya. Ia merapikan kursi, menyiapkan gunting, sisir, dan mesin cukur, lalu duduk menanti pelanggan pertamanya. Meski harus menunggu berjam-jam, ia tetap sabar tanpa keluh kesah.
Dalam kesehariannya, Aldi percaya bahwa rezeki tidak pernah salah alamat. Ia sering menyampaikan pandangan itu dengan sederhana. “Kalau sudah rezekinya, mah pasti datang,” ujarnya sambil tersenyum tulus.
Sebagai tukang cukur, Aldi telah menemui berbagai karakter pelanggan. Ada yang cerewet, ada yang penuh tuntutan, bahkan tak jarang ada yang kecewa karena potongan tidak sesuai harapan. Semua itu ia anggap bagian dari perjalanan hidup dan pembelajaran.
Aldi bercerita tentang pengalaman menghadapi anak-anak kecil yang takut mesin cukur. “Ada anak kecil yang sampai nangis-nangis, nggak mau diam. Kadang butuh waktu lama banget cuma buat potong tipis rambutnya. Tapi ya, sabar aja,” katanya sembari tertawa kecil.
Namun, bukan hanya tantangan yang ia hadapi. Aldi juga sering merasakan kebahagiaan saat hasil potongannya memuaskan pelanggan. Rasa bangga menyelinap dalam dirinya ketika kerja kerasnya dihargai. “Kalau ada yang datang minta model tertentu, terus hasilnya pas dan dia senang, itu rasanya bahagia banget,” ucapnya.
Lebih dari sekadar mencukur rambut, Aldi kerap menjadi teman curhat bagi pelanggan. Cerita tentang keluarga, pekerjaan, hingga masalah pribadi sering terdengar di telinganya. Meski ia hanya menjawab dengan senyum atau anggukan, kehadirannya memberi ruang aman bagi orang lain.
Profesi tukang cukur memang kerap dipandang sebelah mata. Namun Aldi memiliki pandangan berbeda. Ia percaya bahwa setiap profesi memiliki kehormatan tersendiri jika dijalani dengan ikhlas. “Bagi saya, kerja itu ibadah. Selama halal, saya bangga jadi tukang cukur,” tuturnya penuh keyakinan.
Semangat Aldi tidak berhenti di situ. Ia memiliki mimpi besar: membuka sebuah barbershop kecil yang lebih layak dan nyaman. Dengan begitu, ia bisa memberikan pelayanan lebih baik dan menjangkau lebih banyak pelanggan.
Keyakinannya sederhana, bahwa kerja keras akan selalu membawa hasil. Ia percaya doa dan ketekunan mampu membuka jalan menuju cita-cita.
Cerita hidup Aldi adalah potret nyata perjuangan seorang perantau di kota besar. Dari sebuah kursi cukur di pinggiran Jakarta, ia menunjukkan arti kesabaran dan ketekunan.
Hidup di ibu kota tidak mudah. Biaya tinggi, persaingan ketat, dan tekanan sosial sering membuat banyak orang menyerah. Namun Aldi memilih bertahan dengan keyakinan dan kerja kerasnya.
Lingkungan tempatnya bekerja pun menjadi saksi bisu. Warga sekitar mengenal Aldi sebagai sosok yang ramah, ringan tangan, dan penuh semangat. Keberadaannya tidak hanya menambah warna, tapi juga memberi inspirasi.
Di sela-sela pekerjaannya, Aldi tetap menjaga hubungannya dengan kampung halaman. Ia rajin mengirim kabar kepada keluarga di Garut dan menyisihkan sebagian penghasilan untuk mereka. Itu menjadi motivasi terbesarnya untuk terus berjuang.
Pekerjaan yang tampak sederhana ternyata memiliki nilai sosial yang dalam. Melalui potongan rambut, Aldi membantu banyak orang tampil lebih percaya diri dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Ketekunan Aldi adalah cerminan bagaimana manusia bisa bertahan dengan segala keterbatasan. Ia tidak memilih menyerah, melainkan melangkah dengan keyakinan bahwa setiap usaha pasti membuahkan hasil.
Cerita ini menjadi pengingat bahwa inspirasi tidak selalu datang dari panggung besar atau tokoh ternama. Kadang, ia hadir dari sebuah kursi cukur sederhana di pinggiran kota.
Aldi, dengan gunting dan mesinnya, menunjukkan bahwa kerja keras, keikhlasan, dan semangat pantang menyerah mampu menghadirkan harapan baru di tengah kerasnya kehidupan ibu kota. ***
Penulis : Dadan Sauman