Jakarta, Berita Kita – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN terus memperkuat transformasi digital dengan meningkatkan manajemen risiko siber yang menyeluruh dan berkelanjutan. Direktur Risk Management BTN, Setio Wibowo, menekankan pentingnya membangun kerangka manajemen risiko digital yang tidak hanya berfokus pada teknologi, tetapi juga pada aspek tata kelola dan manusia.
“Sejak 2019, kami melakukan berbagai transformasi dan mengembangkan layanan beyond mortgage. Kami tidak hanya menawarkan layanan perbankan secara end-to-end, tetapi juga menyediakan pengalaman digital yang menyeluruh bagi nasabah,” kata Setio dalam Asian Banking and Finance Summit 2025 di Jakarta.
Transformasi digital yang dilakukan BTN telah membawa perubahan besar dalam perilaku nasabah. Namun, hal ini juga menuntut BTN untuk meningkatkan ketahanan terhadap risiko digital, termasuk ancaman siber, risiko pihak ketiga, dan potensi penyalahgunaan kecerdasan buatan (AI).
Berdasarkan laporan Gardner dan Deloitte, lebih dari 60% bank global mengalami insiden siber dalam 12 bulan terakhir, dan 75% pelanggaran melibatkan pihak ketiga atau penyedia layanan cloud. “Digital risk bukan hanya isu teknologi informasi, tapi risiko perusahaan secara keseluruhan,” tambah Setio.
Untuk menghadapi tantangan ini, BTN mengembangkan kerangka kerja manajemen risiko digital yang mencakup penguatan pada empat aspek utama: kebijakan dan proses, data dan teknologi, organisasi dan tata kelola, serta peningkatan kapabilitas SDM. BTN juga menerapkan berbagai teknologi untuk mendeteksi dan mencegah risiko siber, seperti fraud detection system, digital verification, cyber threat intelligence, hingga monitoring traffic jaringan secara real-time.
Selain itu, BTN mendorong peningkatan literasi digital bagi karyawan dan nasabah sebagai bagian dari strategi mitigasi risiko. Edukasi dilakukan melalui sesi bersama pakar, pelatihan daring, e-learning, hingga pengujian dengan simulasi tautan phishing.
Dengan demikian, BTN menunjukkan komitmennya untuk memperkuat arsitektur risiko siber dan membangun budaya melek digital untuk menghadapi tantangan era digital. ***
Editor : Rizki
Sumber Berita: Rilis