Jakarta, BeritaKita — Perkembangan teknologi yang pesat dalam satu dekade terakhir telah mendorong transformasi besar di berbagai sektor kehidupan modern. Salah satu bidang yang paling menonjol mengalami perubahan adalah sektor otomotif, yang kini tengah beralih dari kendaraan berbahan bakar fosil menuju kendaraan listrik sebagai sumber energi utama. Sabtu, (25/10).
Kendaraan listrik dinilai sebagai inovasi penting dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Selain efisien dalam penggunaan energi, teknologi ini juga mampu menekan emisi karbon secara signifikan. Kesadaran global terhadap dampak perubahan iklim membuat banyak negara berlomba mempercepat adopsi kendaraan ramah lingkungan.
Pemerintah Vietnam, misalnya, telah mengumumkan kebijakan pelarangan penggunaan sepeda motor berbahan bakar bensin di pusat Kota Hanoi mulai 2026. Langkah tersebut bertujuan menurunkan tingkat polusi udara sekaligus mendukung target emisi nol bersih pada 2050.
Namun, kebijakan ini memunculkan beragam reaksi. Sejumlah produsen besar asal Jepang, seperti Honda, Yamaha, dan Suzuki, menilai rencana tersebut terlalu cepat dan berpotensi menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang besar. Mereka memperingatkan adanya risiko kehilangan pekerjaan bagi ratusan ribu pekerja di sektor pendukung otomotif, mulai dari diler hingga pemasok komponen.
“Kami mendukung langkah menuju energi bersih, tetapi kebijakan ini perlu dilakukan secara bertahap agar industri lokal memiliki waktu beradaptasi,” ujar Takeshi Nakamura, Direktur Regional Honda Vietnam, dalam sebuah pernyataan resmi, Jumat (24/10).
Di sisi lain, para pemerhati lingkungan menilai langkah Vietnam sudah tepat. Menurut mereka, perubahan besar memang selalu menimbulkan tantangan, tetapi manfaat jangka panjangnya jauh lebih besar. “Kendaraan listrik bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan untuk menyelamatkan masa depan bumi,” kata Nguyen Phuong Linh, peneliti energi terbarukan dari Hanoi Institute of Technology.
Sementara itu, di Indonesia, arah kebijakan serupa mulai terlihat. Pemerintah mendorong program konversi motor bensin menjadi motor listrik, serta memberikan subsidi pembelian kendaraan listrik kepada masyarakat. Beberapa pabrikan otomotif global dan lokal kini telah membangun pabrik kendaraan listrik dan baterai di berbagai wilayah, seperti Jawa Barat dan Sulawesi, yang memiliki cadangan nikel besar sebagai bahan utama pembuatan baterai.
Kepala Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan, Dr. Siti Rahmawati, menjelaskan bahwa pemerintah menargetkan dua juta unit kendaraan listrik beroperasi di jalan raya pada 2030. “Transisi ini membutuhkan sinergi antara pemerintah, industri, dan masyarakat. Dukungan infrastruktur pengisian daya serta edukasi publik menjadi kunci keberhasilan,” ujarnya.
Dengan perkembangan teknologi baterai yang kian efisien dan biaya produksi yang menurun, kendaraan listrik diyakini akan menjadi pilihan utama masyarakat dalam beberapa tahun mendatang. Peralihan ini bukan hanya persoalan teknologi, tetapi juga cerminan dari tanggung jawab global untuk menjaga keberlanjutan lingkungan hidup.
Era kendaraan listrik kini bukan sekadar masa depan — melainkan kenyataan yang mulai terbentuk di tengah kehidupan modern. Inovasi ini menandai langkah penting menuju mobilitas hijau yang efisien, bersih, dan ramah lingkungan. ***
Penulis : Dadan