Fadli Zon Dorong Penulisan Sejarah dengan Nada Positif Demi Persatuan Bangsa

- Redaksi

Sabtu, 7 Juni 2025 - 07:51 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta, Berita Kita – Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan pentingnya penulisan sejarah Indonesia dilakukan dengan nuansa positif guna memperkuat persatuan nasional. Ia menyampaikan, apabila penulisan sejarah justru bernada negatif dan menimbulkan perpecahan, maka esensinya sebagai sarana pembelajaran dan pemersatu akan hilang.

 

Penegasan itu disampaikan Fadli saat ditemui wartawan dalam kegiatan di Jakarta, Jumat (6/6). Ia menilai, sejarah seharusnya ditulis untuk menguatkan semangat kebangsaan, bukan memperuncing perbedaan.

 

“Jadi, kita tentu tone-nya itu adalah dalam sejarah untuk mempersatukan kebenaran bangsa. Untuk apa kita menulis sejarah untuk memecah-belah bangsa,” kata Fadli.

 

Fadli menjelaskan, yang dimaksud dengan tone positif dalam penulisan sejarah bukan berarti menutupi kesalahan masa lalu, tetapi lebih menekankan pada pencapaian, prestasi, serta nilai-nilai kebangsaan yang mampu menginspirasi generasi penerus.

 

“Di masa-masa itu, pasti ada kelebihan, ada kekurangan. Ini kan juga lebih banyak highlight ya, lebih banyak garis besar. Kita ingin menonjolkan pencapaian-pencapaian, prestasi-prestasi, prioritas-prioritas, dan juga peristiwa-peristiwa pada zaman (lampau) itu,” ujar Fadli.

 

Fadli juga menanggapi kekhawatiran dari sejumlah kalangan akademisi dan aktivis yang menilai proyek penulisan sejarah berpotensi menciptakan narasi tunggal versi pemerintah. Ia menepis anggapan tersebut dan menegaskan bahwa proses penyusunan sejarah dilakukan secara profesional oleh para ahli sejarah dari berbagai universitas ternama di Indonesia.

Baca Juga :  Ketua Umum Solmet Silfester Matutina Akui Telah Berdamai dengan Jusuf Kalla Usai Kasus Fitnah 2019

 

“Jadi, yang menulis bukan aktivis, bukan politikus. Yang menulis sejarawan, sejarawan ini punya keahlian. Mereka doktornya di bidang itu, profesornya di bidang itu. Jadi, kita tidak perlu khawatir, pasti (mereka) punya kompetensi dalam menulis sejarah,” jelasnya.

 

Ia menambahkan, justru akan berbahaya jika sejarah Indonesia ditulis oleh pihak-pihak yang tidak memiliki latar belakang akademik di bidang sejarah karena berisiko memuat narasi yang subjektif.

 

“Sejarah tidak bisa ditulis oleh politikus, apalagi yang resmi, atau semacam itu. Tidak bisa ditulis oleh misalnya (pihak lain non-sejarawan). Tetapi, kalau orang mau menulis sejarahnya sendiri-sendiri juga bebas, ini negeri demokrasi,” imbuhnya.

 

Fadli menyebutkan bahwa pembaruan sejarah Indonesia merupakan salah satu program prioritas Kementerian Kebudayaan sejak awal masa jabatannya. Ia menyoroti bahwa selama lebih dari dua dekade, sejarah nasional belum mengalami pembaruan, padahal terdapat banyak penemuan arkeologis dan bukti historis baru yang layak dimasukkan dalam kompendium sejarah nasional.

Baca Juga :  Pererat Hubungan Bilateral, Presiden Prabowo Sambut Resmi Presiden Macron di Istana Merdeka

 

“Jadi, sudah lebih dari 26 tahun kita tidak pernah menulis sejarah kita. Jadi, kalau ada yang baru, ya banyak yang baru, karena memang tidak pernah ditulis. Belum lagi, yang sifatnya penemuan-penemuan, updating. Contohnya, lukisan purba tertua di dunia itu sekarang ada di Indonesia. Itu tidak ada dalam sejarah kita,” ungkap Fadli.

 

Salah satu contoh pembaruan tersebut adalah temuan terbaru tentang masuknya Islam ke Indonesia yang diperkirakan terjadi pada abad ke-7 Masehi, jauh lebih awal dari narasi umum selama ini.

 

“Ini bisa meng-update sejarah kita yang selama ini mengatakan Islam masuk itu Abad Ke-13. Itu beda 600 tahun sendiri. Belum lagi dari sisi zaman perlawanan kita kalau ada Kolonial Belanda, kita ingin perspektifnya itu menekankan kepada sejarah perlawanan para pahlawan kita terhadap penjajah. Jadi, bukan hanya sekadar dikatakan kita dijajah 350 tahun, tetapi kita ingin ada justru ditonjolkan Indonesia-centric, perlawanan kita kepada kolonial, kepada penjajah,” tutup Fadli. ***

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Editor : Rizki

Sumber Berita: Rilis

Berita Terkait

Beras Premium Tak Sesuai Mutu: Satgas Pangan Polri Jerat 3 Pimpinan PT. PIM dengan Pidana Konsumen dan TPPU
Ketua Umum Solmet Silfester Matutina Akui Telah Berdamai dengan Jusuf Kalla Usai Kasus Fitnah 2019
Ketua MPR RI Ahmad Muzani Nilai Pengibaran Bendera Bajak Laut One Piece Sebagai Ekspresi Kreativitas Jelang HUT ke-80 RI
HUT RI ke-80, Kelurahan Jatibening Baru Beri Kado Spesial untuk Warga yang Lahir di Bulan Agustus
Kapolda Banten Resmi Buka Pelatihan TMT Poliran: Wujud Nyata Komitmen Polri Tingkatkan Kemandirian Ekonomi Masyarakat   
Polisi Siagakan 1.489 Personel, Amankan Aksi BEM SI di Silang Selatan Monas
Kapolri Bertolak ke Lampung Groundbreaking SPPG Polri
Dikalungkan Medali Juara, Atlet Judo Polri: Terima Kasih Pak Kapolri
Berita ini 15 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 5 Agustus 2025 - 17:27 WIB

Beras Premium Tak Sesuai Mutu: Satgas Pangan Polri Jerat 3 Pimpinan PT. PIM dengan Pidana Konsumen dan TPPU

Selasa, 5 Agustus 2025 - 16:53 WIB

Ketua Umum Solmet Silfester Matutina Akui Telah Berdamai dengan Jusuf Kalla Usai Kasus Fitnah 2019

Senin, 4 Agustus 2025 - 13:21 WIB

Ketua MPR RI Ahmad Muzani Nilai Pengibaran Bendera Bajak Laut One Piece Sebagai Ekspresi Kreativitas Jelang HUT ke-80 RI

Kamis, 31 Juli 2025 - 20:10 WIB

HUT RI ke-80, Kelurahan Jatibening Baru Beri Kado Spesial untuk Warga yang Lahir di Bulan Agustus

Senin, 28 Juli 2025 - 17:31 WIB

Kapolda Banten Resmi Buka Pelatihan TMT Poliran: Wujud Nyata Komitmen Polri Tingkatkan Kemandirian Ekonomi Masyarakat   

Berita Terbaru

Kenali gejala diabetes

Nenavin memiliki kandungan senyawa aktif yang bermanfaat bagi penderita diabetes