JAKARTA, BERITAKITA || Pemerintah tengah mengkaji kemungkinan pembatasan permainan daring (game online) setelah insiden ledakan di SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara, yang diduga dipicu oleh eksperimen bahan peledak yang terinspirasi dari permainan battle royale seperti PlayerUnknown’s Battlegrounds (PUBG).
Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menyampaikan bahwa Presiden Prabowo Subianto menaruh perhatian besar terhadap pengaruh game daring terhadap perilaku remaja. Dalam rapat terbatas di kediaman Presiden di Kertanegara, Jakarta Selatan, Minggu (9/11), pemerintah membahas langkah-langkah preventif agar kejadian serupa tak terulang.
“Beliau (Presiden Prabowo) tadi menyampaikan bahwa kita perlu mencari jalan keluar terhadap pengaruh dari game online. Pemerintah tidak serta-merta melarang, tapi ingin membatasi agar dampak negatifnya tidak meluas,” ujar Prasetyo kepada awak media.
Game dan Pengaruhnya Terhadap Generasi Muda
Isu dampak negatif game daring bukan hal baru. Sejumlah pakar psikologi pendidikan menilai, permainan dengan unsur kekerasan dapat memicu perilaku imitasi, terutama pada remaja yang masih berada dalam tahap pencarian jati diri.
Psikolog anak dan remaja, Dr. Ratih Puspitasari, menilai pembatasan bukan berarti pelarangan total. Menurutnya, perlu ada edukasi digital yang melibatkan keluarga dan sekolah.
“Game seperti PUBG memiliki unsur strategi dan kerja sama, yang sebenarnya bisa positif jika dimainkan dengan bimbingan. Masalahnya muncul ketika anak bermain tanpa kontrol, tanpa pendampingan, dan tidak memiliki kesadaran waktu,” jelasnya.
Ratih menambahkan bahwa peran orang tua menjadi kunci utama dalam membentuk literasi digital anak. “Kita tidak bisa hanya menyalahkan game. Lingkungan, komunikasi keluarga, dan pendidikan karakter tetap berperan besar,” tambahnya.
Pasca ledakan di SMAN 72, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama kepolisian telah melakukan evaluasi keamanan sekolah. Selain itu, rencana penguatan pendidikan karakter serta pelatihan literasi digital bagi guru dan siswa akan digencarkan mulai awal tahun depan.
“Kami akan bekerja sama dengan Kemenkominfo untuk membuat panduan penggunaan game yang sehat di lingkungan sekolah,” kata Pelaksana Tugas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Rudi Santoso.
Pemerintah berharap masyarakat tidak memandang kebijakan ini sebagai bentuk pembatasan kebebasan, melainkan upaya melindungi generasi muda. Para pemain game diimbau untuk lebih bijak dalam mengatur waktu bermain serta memahami bahwa dunia virtual berbeda dengan dunia nyata.
“Game bisa menjadi hiburan, bahkan prestasi e-sport bisa mengharumkan nama bangsa. Tapi semuanya harus seimbang dan bertanggung jawab,” tutup Prasetyo.
Peristiwa di SMAN 72 menjadi pengingat bahwa kemajuan teknologi membawa dua sisi: manfaat dan risiko. Diperlukan sinergi antara pemerintah, sekolah, dan keluarga untuk memastikan anak-anak tumbuh dalam lingkungan digital yang aman, sehat, dan berdaya guna. ***
Penulis : Dadan