JAKARTA, BERITAKITA || Janice Tjen, petenis muda asal Indonesia, kini semakin mencuri perhatian berkat konsistensi dan kualitas permainannya di berbagai turnamen internasional. Mengawali karier sejak usia belia, ia tumbuh menjadi atlet dengan disiplin tinggi dan karakter kompetitif yang kuat. Kiprahnya di sejumlah kejuaraan mancanegara menggambarkan bagaimana ambisi besar dan etos kerja dapat membuka jalan menuju pentas dunia.
Lahir di Jakarta pada 6 Mei 2002, Janice mengenal tenis pertama kali saat berusia tujuh tahun melalui ajakan temannya. Dari kegiatan iseng yang kemudian menjadi hobi, kecintaannya terhadap olahraga tersebut tumbuh semakin besar. Ia menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk berlatih, dan menurut pengakuannya, “Setiap hari saya hanya ingin bermain lebih baik dari diri saya yang kemarin.” Ketekunan itu secara perlahan mengantarnya ke level permainan yang terus meningkat.
Ketika mulai memasuki kompetisi profesional, Janice berani menantang diri dengan mengikuti turnamen-turnamen di bawah naungan WTA. Rekam jejaknya pun memperlihatkan perkembangan signifikan, termasuk sejumlah kemenangan penting atas petenis unggulan di turnamen besar. Di usia 23 tahun, ia menunjukkan kematangan permainan yang membuat namanya mulai diperhitungkan sebagai calon bintang baru di lapangan keras, tanah liat, maupun rumput.
Salah satu pencapaian paling berkesannya terjadi ketika ia menjuarai turnamen WTA 250 Chennai Open di India pada 2 November 2025. Di nomor tunggal putri, Janice tampil dominan dan menaklukkan petenis Australia, Kimberly Birrell. Setelah itu, ia menambah kejayaan dengan meraih gelar juara di sektor ganda pada turnamen yang sama. Catatan prestasi itu mendorongnya menembus peringkat 53 dunia, sebuah posisi yang mencerminkan kemampuannya untuk bersaing di level tertinggi.
Meski demikian, perjalanan menuju papan atas tenis internasional tidak berlangsung mulus. Berasal dari negara yang belum memiliki tradisi tenis sekuat Amerika Serikat atau Rusia, Janice harus menghadapi berbagai keterbatasan. Mulai dari akses terhadap fasilitas latihan, ketersediaan pelatih berpengalaman, hingga kebutuhan biaya yang besar untuk mengikuti turnamen luar negeri. Semua itu menuntutnya untuk terus beradaptasi dan mengambil keputusan penting dalam pengembangan karier.
Di tengah tantangan tersebut, Janice memilih untuk memperkuat diri melalui pengalaman bertanding dengan pemain-pemain internasional. Setiap kekalahan dijadikannya bahan evaluasi untuk menempa kemampuan fisik dan mental. Ia pernah menegaskan bahwa, “Jika saya kalah hari ini, berarti saya memiliki pekerjaan rumah untuk esok hari.” Prinsip itu membuatnya tumbuh sebagai atlet yang tidak mudah menyerah dan terus mencari cara untuk berkembang.
Perjalanan panjangnya tidak lepas dari dukungan keluarga, penggemar, komunitas tenis, serta perhatian pemerintah. Keluarganya selalu menjadi sumber kekuatan sekaligus tempatnya kembali ketika tekanan kompetisi sedang tinggi. Dukungan juga datang dari pemerintah melalui berbagai program pembinaan olahraga. Kehadiran sponsor swasta turut menjadi harapan besar agar perkembangan tenis di Indonesia semakin terstruktur dan kompetitif.
Dengan visi yang jelas, Janice menggantungkan mimpinya untuk tampil sebagai salah satu petenis terbaik dunia dan membawa Indonesia ke panggung terbesar tenis internasional. Ia ingin menembus jajaran 20 besar dan berkompetisi secara konsisten di turnamen-turnamen Grand Slam. Dengan semangat, kerja keras, serta dukungan yang terus mengalir, Janice Tjen berpotensi menjadi inspirasi baru bagi generasi muda Indonesia sekaligus ikon tenis Tanah Air yang mampu bersaing di panggung global. ***
Penulis : Deddy Hariyadi