Jakarta, Berita Kita – PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI tengah menyiapkan kawasan Sudirman di Jakarta Pusat sebagai pusat integrasi transportasi publik. Kawasan ini dirancang untuk menjadi simpul transportasi yang aman, efisien, bernilai tambah secara ekonomi, serta mendukung mobilitas masyarakat kota secara inklusif dan berkelanjutan.
Direktur Utama KAI, Didiek Hartantyo, menyampaikan bahwa KAI telah menggelar Kick Off Meeting bertema “Sudirman Gateway: Transit Oriented Development (TOD) Project Preparation for Viable Private Investment” pada Rabu, 14 Mei 2025. Kegiatan tersebut menjadi langkah awal dalam menyusun kajian pengembangan kawasan Sudirman berbasis konsep TOD (Transit Oriented Development).
“Ini menjadi langkah awal penyusunan kajian pengembangan kawasan Sudirman sebagai pusat integrasi transportasi publik yang aman, efisien, dan bernilai tambah secara ekonomi,” ujar Didiek dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis (15/5).
Pertemuan tersebut turut dihadiri oleh manajemen PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (MITJ), yang merupakan perusahaan patungan antara KAI dan MRT Jakarta, serta perwakilan dari Kemitraan Indonesia Australia untuk Infrastruktur (KIAT), sebuah fasilitas kerja sama teknis dari Pemerintah Australia.
“MITJ dan KIAT akan mendukung penyusunan studi kelayakan serta strategi investasi kawasan ini,” lanjut Didiek.
Kawasan Sudirman dinilai memiliki peran strategis dalam jaringan transportasi publik Jakarta dan sekitarnya. Berdasarkan data KAI, sepanjang tahun 2024 hingga Mei 2025, Stasiun Sudirman telah melayani 14.378.933 penumpang naik dan 14.706.150 penumpang turun. Sementara Stasiun Karet melayani 4.479.228 penumpang naik dan 4.667.803 penumpang turun. Selain itu, Stasiun Dukuh Atas BNI yang melayani LRT Jabodebek juga mencatatkan 5.580.440 penumpang naik dan 5.235.997 penumpang turun pada periode yang sama.
Proyek pengembangan kawasan ini disebut sebagai inisiatif kolaboratif yang mencerminkan kebutuhan mobilitas masyarakat perkotaan. Didiek menjelaskan bahwa proyek ini bertujuan memperkuat integrasi layanan, memaksimalkan pemanfaatan ruang, dan menciptakan simpul transit yang relevan bagi pengguna jasa transportasi publik.
Menurutnya, kawasan transit seharusnya menjadi motor penggerak perubahan, bukan sekadar titik persinggahan. Ia menegaskan bahwa konsep Sudirman Gateway akan memperkaya tata kelola perkotaan, selama dirancang secara selaras dengan kebijakan yang telah berjalan dan disinergikan dengan para pemangku kepentingan.
Sebagai bentuk konkret dari kerja sama yang telah dibangun, MITJ dan KIAT menandatangani kemitraan baru untuk memperbarui studi kelayakan yang sebelumnya telah disusun oleh MITJ. Pembaruan ini dilakukan agar kajian tersebut lebih sesuai dengan perkembangan dan potensi kawasan yang terus berubah.
“Dengan penataan ulang peran Stasiun Karet dan optimalisasi Stasiun Sudirman serta BNI City, kawasan ini diproyeksikan sebagai hub utama layanan KAI Commuter,” jelas Didiek.
Ruang lingkup kajian yang akan dilakukan mencakup penguatan integrasi antar moda transportasi seperti Commuter Line, MRT, LRT, dan KA Bandara. Kajian ini juga akan mempertimbangkan aspek kenyamanan pengguna serta potensi pengembangan ekonomi kawasan, termasuk ruang komersial, area kerja bersama (co-working space), dan fasilitas publik lain.
Proyek ini akan dikembangkan secara bertahap mulai tahun 2025, dengan prinsip transparansi, kolaborasi, dan keberlanjutan. Didiek menyatakan bahwa tujuan utama dari proyek ini adalah menciptakan mobilitas yang efisien, mendukung pertumbuhan pelaku usaha lokal, serta meningkatkan nilai kawasan secara menyeluruh. ***
Editor : Rizki
Sumber Berita: Rilis