Jakarta, BeritaKita — Program Asmen Tol: Ceritain Aja kedatangan narasumber istimewa, Kang Arul atau Rulli Nasrullah, seorang akademisi sekaligus penulis produktif. Dalam perbincangan santai bersama tim Asmen, Kang Arul mengungkapkan berbagai sisi kehidupannya sebagai dosen, blogger, penulis novel, dan konsultan komunikasi digital.
Ia menjelaskan bahwa aktivitas hariannya tak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
“Saya masih menulis buku, ngisi acara, menjadi konsultan di berbagai instansi, dan main game Mobile Legends untuk hiburan,” ujarnya sambil tersenyum.
Menurut Kang Arul, bermain game adalah salah satu cara meredakan ketegangan psikologis, meskipun harus dibatasi agar tidak berdampak negatif. Ia menilai e-sport sebagai bentuk olahraga digital yang tak hanya membutuhkan fisik, tetapi juga strategi dan kerja tim.
“Esport itu olah pikir dan strategi. Seperti main catur, tidak selalu butuh fisik yang bergerak, tapi membutuhkan konsentrasi tinggi dan peran yang jelas dalam tim,” jelasnya.
Saat ditanya soal produktivitasnya, Kang Arul mengaku telah menulis lebih dari 300 buku, baik akademik maupun fiksi.
“Saya menulis novel, kamus, cerita nabi, sampai buku psikologi untuk ibu hamil. Tapi nama asli hanya saya gunakan untuk buku-buku akademik,” katanya.
Ia mengungkapkan bahwa motivasi utama menulis berasal dari kebutuhan ekonomi serta hasrat untuk meninggalkan warisan intelektual.
“Menulis buat saya bukan sekadar cari uang. Ini bagian dari proses dan bentuk ibadah. Saya ingin ada warisan ilmu yang terus mengalir pahalanya,” ungkapnya.
Kang Arul mengaku telah menulis sejak SMP dan sudah aktif mengirim karya ke media massa sejak SMA. Proses menulis baginya adalah latihan terus-menerus yang tidak pernah berhenti.
“Sampai hari ini saya masih membaca KBBI dan belajar kaidah bahasa. Karena untuk bisa menulis dengan baik, harus menguasai dasar-dasar bahasa Indonesia,” katanya.
Dalam sesi bincang-bincang itu, Kang Arul juga membagikan pengalamannya menggunakan tokoh-tokoh nyata dalam penulisan novel. Ia mengaku membutuhkan suasana khusus agar bisa menulis fiksi dengan mendalam.
“Kalau saya nulis tentang Twin Tower Malaysia, ya saya harus ke sana. Harus mengalami langsung agar bisa menggambarkan suasana secara otentik,” tuturnya.
Soal kehadiran teknologi kecerdasan buatan (AI), Kang Arul menilai bahwa AI bisa sangat membantu dalam proses penulisan jika digunakan secara bijak.
“AI itu praktis. Saya pernah coba menulis buku pakai AI dan dalam satu jam bisa jadi 200 halaman. Tapi secara moral, saya tidak menerbitkannya,” katanya tegas.
Ia menambahkan bahwa AI hanya mampu mengompilasi data yang sudah ada, bukan menghasilkan pengetahuan orisinal. Oleh karena itu, ia mengajak penulis untuk tetap mengembangkan gagasan sendiri.
“AI bisa digunakan untuk membuat outline, tapi isi dan penjiwaannya tetap harus dari penulis,” ujarnya.
Tak hanya berbicara soal buku dan teknologi, Kang Arul juga menyinggung perubahan fungsi media sosial.
“Dulu medsos dipakai untuk bersilaturahmi. Sekarang jadi etalase bisnis, dan kekuatan influencer lebih besar dibanding iklan di media massa,” jelasnya.
Ia juga menyoroti tren pergeseran anggaran iklan dari media konvensional ke para influencer.
“Influencer itu sekarang jadi kiblat gaya hidup. Banyak brand lebih memilih mereka daripada media mainstream, karena bisa langsung menyasar target pasar,” katanya.
Dengan gaya bicara yang mengalir dan penuh humor, Kang Arul menyampaikan pengalamannya dalam dunia tulis-menulis, pendidikan, hingga fenomena digital masa kini. Ia pun menutup perbincangan dengan harapan agar generasi muda terus membaca dan menulis secara kritis serta bertanggung jawab. ***
Editor : Rizki