Jakarta, Berita Kita – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo menyatakan keprihatinannya dan secara resmi meminta maaf kepada seluruh warga Jakarta terkait kemacetan parah yang melanda kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, yang telah berlangsung selama tiga hari terakhir.
“Saya ingin menyampaikan bahwa peristiwa ini sungguh membuat saya resah. Untuk itu, secara khusus, saya ingin menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya,” ungkap Pramono dalam pernyataannya di Balai Kota Jakarta, Sabtu.
Meskipun kemacetan tersebut bukan berada di bawah tanggung jawab langsung Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Pramono menegaskan bahwa sebagai pemimpin Ibu Kota, ia tetap merasa bertanggung jawab atas ketidaknyamanan yang dialami masyarakat.
Dalam penjelasannya, Gubernur mengungkapkan akar permasalahan kemacetan luar biasa tersebut. Menurut Pramono, kemacetan di kawasan pelabuhan itu terjadi akibat lonjakan drastis volume kendaraan logistik yang melebihi kapasitas normal.
“Sehingga mengalami kemacetan lalu lintas dan akhirnya saya juga baru tahu tadi pagi dari Kepala Dinas Perhubungan. Bukan lagi 4.000 tetapi menjadi 7.000 truk per hari. Ini menunjukkan bahwa ketidakprofesionalan pengelola yang ada di Tanjung Priok,” kata Pramono.
Gubernur juga telah mengambil langkah tegas dengan menginstruksikan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo untuk memberikan teguran keras kepada pihak Pelindo sebagai pengelola pelabuhan.
“Karena sudah tiga hari kemacetan ini, tak boleh terjadi kembali. Pelindo secara terbuka sudah meminta maaf baik kepada pemerintah Jakarta yang terkena akses dari hal tersebut, maupun kepada masyarakat,” lanjutnya.
Kendati Pelindo telah memberikan klarifikasi bahwa lonjakan volume kendaraan logistik tersebut disebabkan oleh faktor libur panjang selama tiga hari berturut-turut pasca Idul Fitri, Pramono menekankan bahwa insiden serupa tidak boleh terulang di masa mendatang.
Sebelumnya, Executive Director Regional 2 PT Pelindo, Drajat Sulistyo, menjelaskan bahwa kemacetan yang meluas di kawasan Tanjung Priok disebabkan oleh tiga kapal yang melakukan aktivitas bongkar muat di luar jadwal yang telah ditentukan.
“Peningkatan volume ini didominasi di satu terminal yaitu namanya NPCT 1. NPCT 1 ini kedatangan kapal yang seharusnya kapal ini sudah datang satu minggu lalu,” jelas Drajat.
Drajat mengidentifikasi ketiga kapal tersebut adalah MSC Adu V, Ever Balmy, dan Starship Venus. Dia menjelaskan bahwa dua di antaranya seharusnya tiba minggu lalu, sementara satu kapal lainnya seharusnya merapat 24 jam sebelumnya.
Keterlambatan sandar ketiga kapal tersebut mengakibatkan penumpukan volume bongkar muat di Pelabuhan NPCT 1 yang berada di bawah pengelolaan Pelindo.
“Dengan dampak adanya kapal yang sandar tidak di waktu yang memang sudah ditentukan, karena kapal kontainer ini ‘window’ sehingga menambah volume di masa atau di waktu yang memang tidak seharusnya,” tambah Drajat.
Menurutnya, akumulasi keterlambatan dari minggu sebelumnya inilah yang akhirnya menyebabkan lonjakan volume kendaraan logistik dan berdampak pada kemacetan parah di kawasan pelabuhan dan sekitarnya. ***
(Redaksi)
Editor : Rizki
Sumber Berita: Rilis