Makassar, Berita Kita – Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia, Jusuf Kalla (JK), menyoroti keterbatasan lapangan kerja sebagai salah satu pemicu meningkatnya aksi premanisme di berbagai daerah. Dalam pandangannya, sulitnya memperoleh penghasilan di tengah kondisi ekonomi global yang tidak stabil, membuat sebagian masyarakat mencari jalan pintas demi bertahan hidup.
“Jangan hanya lihat premannya, tapi lihat kenapa dia menjadi preman. Itu hampir semuanya (daerah), karena tidak adanya pekerjaan, tapi tetap ingin hidup, makanya by pass,” ujar JK saat memberikan sambutan di Kampus Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (3/6/2025).
Menurut JK, penanganan premanisme tidak cukup dengan pendekatan hukum semata. Solusi yang lebih berkelanjutan adalah menciptakan kesempatan kerja yang memadai, khususnya di wilayah-wilayah dengan tingkat ekonomi rendah yang kerap menjadi ladang subur bagi tindak kriminal.
JK juga mengungkapkan bahwa hingga kini masih banyak lulusan perguruan tinggi, termasuk insinyur, yang belum terserap di dunia kerja. Ia menilai, ketidakstabilan ekonomi global menjadi penghambat utama terserapnya tenaga kerja terdidik.
“Banyak insinyur kita belum dapat kerjaan, meski telah mendapatkan pendidikan tapi masih sulit mendapatkan pekerjaan. Ini akibat situasi ekonomi dunia,” ujarnya.
Ia kemudian mencontohkan pengalamannya saat membuka lowongan kerja di perusahaan miliknya. Dalam satu proyek yang hanya membutuhkan 20 insinyur, jumlah pelamar justru membludak hingga 23 ribu orang, mencerminkan ketimpangan antara pencari kerja dan lapangan kerja yang tersedia.
Fenomena ini, lanjutnya, juga tercermin dalam insiden kericuhan yang terjadi saat bursa kerja Dinas Ketenagakerjaan di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada 27 Mei 2025. Saat itu, acara yang diperkirakan dihadiri sekitar 2.000 orang, justru dibanjiri oleh lebih dari 25 ribu pencari kerja, sehingga memicu kegaduhan.
“Bila kita lihat di televisi saat job fair diperkirakan akan hadir itu sekitar 2.000 orang. Tapi ternyata yang ingin mencari pekerjaan di Bekasi ada 25 ribu orang datang dan terjadi kegaduhan luar biasa. Ini karena orang mencari pekerjaan sangat banyak, tapi pekerjaan terbatas,” ungkapnya.
JK juga menilai ketidakpastian perekonomian global turut diperparah oleh berbagai konflik dunia, seperti perang di Eropa dan Palestina, serta ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Kondisi ini berdampak luas terhadap negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Situasi ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi di Amerika, Eropa, dan di negara Asia. Anda harus siap menghadapi situasi yang tidak menguntungkan ini. Jika kita tidak melewati ini, maka kita tidak akan pernah melewati situasi yang baik,” katanya di hadapan para wisudawan.
Ia menambahkan, penurunan harga komoditas ekspor seperti batu bara, nikel, dan kelapa sawit juga turut memengaruhi pendapatan negara. Dampaknya, anggaran pembangunan mengalami pemangkasan signifikan.
“Dulu anggaran PU (Pekerjaan Umum) sebesar Rp150 triliun, sekarang hanya tinggal Rp28 triliunan. Nanti kita menghadapi jalan-jalan rusak di tahun-tahun mendatang, pengairan tidak bisa berjalan baik di daerah, begitu pun di kota (perekonomian) tidak berlangsung baik,” jelasnya.
Sebagai langkah alternatif, JK mendorong masyarakat untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan. Menurutnya, membuka usaha mandiri dapat menjadi solusi agar tetap bertahan di tengah kesulitan ekonomi dan terbatasnya lapangan kerja. ***
Editor : Rizki
Sumber Berita: Rilis