Kebumen, BeritaKita – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Muhadjir Effendy, menutup secara resmi penyelenggaraan Jambore Nasional I Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM) di Pendopo Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Penutupan ini menjadi penanda berakhirnya hajatan besar yang diikuti ribuan petani Muhammadiyah dari berbagai provinsi di Indonesia.
Acara yang berlangsung sejak beberapa hari terakhir ini berhasil menarik atensi publik. Tercatat lebih dari 22.000 pengunjung hadir di area jambore yang dipusatkan di Kebumen. Kehadiran masyarakat begitu antusias, sekaligus menegaskan pentingnya sektor pertanian sebagai urat nadi kehidupan bangsa.
Selain menjadi ajang silaturahmi petani Muhammadiyah dari 22 provinsi, jambore ini juga mencatatkan nilai transaksi yang fantastis. Berdasarkan laporan panitia, total perputaran ekonomi yang terjadi selama kegiatan mencapai Rp1,485 miliar. Angka tersebut menjadi bukti bahwa potensi pertanian mampu mendorong tumbuhnya ekonomi kerakyatan.
Dalam sambutannya, Muhadjir Effendy menegaskan komitmen Muhammadiyah untuk terus memperjuangkan kesejahteraan petani. Ia menyampaikan bahwa Muhammadiyah tidak hanya hadir dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial, tetapi juga harus menjadi garda depan dalam pemberdayaan sektor pertanian.
“Muhammadiyah harus bisa membalikkan citra bahwa petani itu makmur. Jangan menunggu orang lain, Muhammadiyah harus di depan dalam memberdayakan petani,” tegas Muhadjir di hadapan ribuan peserta dan tamu undangan.
Ia menambahkan, semangat kebersamaan yang terbangun selama jambore harus menjadi motor penggerak. Menurutnya, petani Muhammadiyah harus berani melakukan inovasi agar bisa beradaptasi dengan perubahan zaman sekaligus meningkatkan produktivitas pertanian.
Jambore Nasional I JATAM tidak hanya menghadirkan diskusi, pelatihan, dan pameran produk, tetapi juga menghasilkan sejumlah rekomendasi strategis. Salah satu poin penting adalah komitmen untuk mengembangkan sistem pertanian yang sehat, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
Rekomendasi lainnya menekankan pentingnya solidaritas sesama petani Muhammadiyah. Melalui wadah koperasi, petani didorong untuk menggerakkan kemandirian ekonomi sekaligus memperkuat daya tawar dalam pasar pertanian nasional.
Gerakan “Bela Beli Produk Lokal Muhammadiyah” juga dicanangkan sebagai strategi untuk memperkuat konsumsi pangan dalam lingkup internal persyarikatan. Langkah ini diharapkan mampu menjadi teladan dalam menggerakkan kemandirian pangan.
Bupati Kebumen, Lilis Nuryani, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya jambore perdana ini. Menurutnya, Muhammadiyah telah memberi kontribusi nyata dalam upaya mewujudkan kedaulatan pangan nasional.
“Perubahan besar akan terjadi bila semua pihak terus bersinergi,” ujar Lilis saat memberikan sambutan penutupan. Ia menilai Muhammadiyah telah menghadirkan inovasi berharga melalui peluncuran varietas padi unggul bernama Mentari.
Varietas padi Mentari merupakan hasil pengembangan riset yang digagas oleh Muhammadiyah. Kehadirannya diharapkan menjadi solusi atas tantangan pangan sekaligus meningkatkan produktivitas petani lokal.
Puncak penutupan Jambore Nasional I JATAM ditandai dengan peluncuran Gerakan Muhammadiyah Menanam. Muhadjir Effendy secara simbolis menyerahkan bibit pohon kepada perwakilan peserta sebagai tanda dimulainya gerakan ini.
Tidak hanya itu, dukungan dari berbagai pihak turut memperkuat acara. Anggota Komisi IV DPR RI, Darori Wonodipuro, menyumbangkan 4.000 bibit tanaman kepada peserta jambore. Bibit tersebut terdiri atas 2.000 bibit kelapa genjah serta 2.000 bibit tanaman buah seperti alpukat, mangga, dan durian.
Sumbangan tersebut disambut gembira oleh para peserta karena akan menambah semangat untuk melakukan penghijauan sekaligus meningkatkan pendapatan petani. Program ini juga selaras dengan visi Muhammadiyah untuk mewujudkan lingkungan yang hijau dan produktif.
Ketua PDM Kebumen, Joko Purnomo, turut mengumumkan bahwa Jambore Nasional II JATAM akan diselenggarakan di Lampung. Keputusan ini menegaskan keberlanjutan program serta semangat estafet dalam memperluas jejaring petani Muhammadiyah di berbagai wilayah Indonesia.
Pengumuman itu disambut sorak gembira peserta jambore. Lampung sebagai salah satu sentra pertanian di Indonesia dinilai tepat untuk menjadi tuan rumah berikutnya.
Selama jambore, peserta tidak hanya mendapatkan wawasan teknis pertanian, tetapi juga penguatan ideologi untuk meneguhkan semangat kemandirian. Muhammadiyah menekankan pentingnya menjadikan pertanian sebagai profesi yang bermartabat, bukan sekadar mata pencaharian.
Dengan berakhirnya Jambore Nasional I JATAM, Muhammadiyah menorehkan catatan sejarah baru. Untuk pertama kalinya, sebuah organisasi besar Islam di Indonesia berhasil menyatukan gerakan tani dalam skala nasional dengan agenda yang komprehensif.
Harapan besar kini terletak pada kelanjutan hasil jambore. Rekomendasi strategis, peluncuran varietas padi Mentari, serta gerakan menanam diharapkan mampu menjadi tonggak penting menuju kedaulatan pangan bangsa. ***
Penulis : Kuswaji