Probolinggo, Berita Kita – Sebuah dialog konstruktif telah berlangsung antara pimpinan Padepokan Dimas Kanjeng dengan jajaran Muspika (Musyawarah Pimpinan Kecamatan) Gading, Kabupaten Probolinggo, untuk membahas sinergitas dan harmonisasi kegiatan padepokan dengan masyarakat sekitar. Pertemuan yang dihadiri oleh Kapolsek, Danramil, Camat, dan Kepala Desa Wangkal ini membahas berbagai aspek kegiatan padepokan yang telah berdiri sejak tahun 2006. Rabu, (28/5).
Komitmen Tiga Pilar dalam Menjaga Keamanan dan Ketertiban
Perwakilan dari padepokan menyampaikan komitmen kuat untuk tetap berkoordinasi dengan tiga pilar (TNI, Polri, dan Pemerintah Daerah) dalam setiap kegiatan yang melibatkan masyarakat luas. Koordinasi ini telah terbukti efektif dalam menjaga stabilitas keamanan wilayah, termasuk saat penyelenggaraan berbagai acara besar seperti peringatan kemerdekaan dan karnaval yang dihadiri ribuan peserta.
Kapolsek Gading menjelaskan bahwa sinergitas antara aparat keamanan dan padepokan telah terjalin dengan baik selama tiga setengah tahun terakhir. Setiap kegiatan yang melibatkan masyarakat banyak, baik di dalam maupun di luar padepokan, selalu berkoordinasi dengan Muspika untuk memastikan keamanan dan ketertiban
.”Ee apa yang telah disampaikan Pak Dar Namil tadi, itulah kenyataan yang ada di wilayah Gading. Kalau kita bicara sinergitas baik TNI, Polri sebetulnya ini kurang satu Pak Camat,” ungkap Kapolsek, menekankan pentingnya koordinasi lintas instansi.
Keberagaman Agama dan Toleransi sebagai Kekuatan
Padepokan Dimas Kanjeng Wangkal menjadi rumah bagi berbagai pemeluk agama dari seluruh Indonesia. Keberagaman ini mencakup Islam, Hindu, Buddha, dan Kristen yang hidup berdampingan dalam harmoni. Kondisi ini mencerminkan implementasi nyata dari semangat Bhinneka Tunggal Ika di tingkat grassroot.
Untuk menjaga harmonisasi dan menghindari kesalahpahaman, padepokan telah mengambil langkah proaktif dengan menghadirkan khatib dari luar, termasuk dari MUI dan KUA Kecamatan Gading, untuk mengisi khotbah Jumat. Langkah ini dimaksudkan untuk menjawab berbagai pertanyaan masyarakat dan menghindari fitnah yang tidak berdasar.
Saat ini, sekitar 500 santri dari berbagai daerah bermukim di padepokan ini, dengan fasilitas penunjang yang memadai termasuk klinik kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar bagi santri dan masyarakat sekitar.
Program Pemberdayaan Masyarakat dan Kegiatan Sosial
Padepokan telah menjalankan berbagai program pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan “rahmatan lil alamin” sebagai filosofi dasar. Program-program ini meliputi santunan yang telah dilaksanakan tiga kali, perbaikan infrastruktur jalan, dan pembangunan fasilitas umum untuk kepentingan masyarakat sekitar.
Mas Heri, perwakilan padepokan, menjelaskan visi besar institusi mereka dalam menciptakan kemakmuran bersama. “Tujuan dari padepokan sendiri ini adalah dengan dasar rahmatan lil alamin. Dalam artian bahwa kita berdiri ini, kita ada di sini di tengah masyarakat ini untuk membuat dan membikin arti sehingga keberadaan kita punya manfaat lebih untuk masyarakat,” jelasnya.
Program unggulan lainnya termasuk pelatihan bela negara yang diselenggarakan bekerjasama dengan Koramil, di mana remaja dan anak-anak padepokan mendapat pendidikan karakter kebangsaan langsung dari aparat TNI.
Perayaan Nasional dan Keterlibatan Masyarakat
Setiap peringatan hari besar nasional, khususnya HUT Kemerdekaan RI, padepokan menggelar berbagai kompetisi olahraga seperti turnamen voli, tenis meja, futsal, dan tarik tambang. Yang menarik, peserta utama kompetisi ini adalah masyarakat umum, sementara santri padepokan hanya berpartisipasi sebagai pelengkap.
Kepala Desa Wangkal, Ahmad Taufik, menyampaikan apresiasi atas kehadiran padepokan di wilayahnya. “Kami sebagai Kepala Desa Wangkal mengucapkan terima kasih telah hadir di tengah-tengah kita beliau Bapak Kanjeng Dimas pribadi ini,” ujarnya, berharap kerjasama ini dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas.
Transparansi dan Akuntabilitas dalam Berorganisasi
Komitmen transparansi padepokan tercermin dari keterbukaan mereka dalam setiap kegiatan kepada Muspika. Tidak ada kegiatan yang melibatkan kepentingan masyarakat yang dilaksanakan tanpa koordinasi dan persetujuan dari aparat terkait. Pendekatan ini telah menciptakan lingkungan yang kondusif dan saling percaya antara padepokan dengan pemerintah daerah.
Keberadaan Padepokan Dimas Kanjeng di Desa Wangkal, Kecamatan Gading, menunjukkan bagaimana institusi keagamaan dapat menjadi agen perubahan positif dalam masyarakat multikultural. Melalui pendekatan yang inklusif, transparansi dalam berorganisasi, dan komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat, padepokan ini telah membuktikan bahwa keberagaman dapat menjadi kekuatan untuk membangun peradaban yang lebih baik. ***
Editor : Rizki
Sumber Berita: https://youtu.be/x7ZxUH0zEdU?si=32W5qCMT-Ds4xYMn