Pancasila sebagai Soft Power: Indonesia Meneguhkan Diri sebagai Guru Peradaban

- Redaksi

Senin, 1 Desember 2025 - 19:57 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

JAKARTA, BERITAKITA || Ucok Nasti Almedani membuka monolog kesadaran dalam program By Lognews Manajemen dengan menegaskan bahwa Indonesia memiliki warisan pemikiran dan nilai yang mampu menjadi soft power dunia. Ia menilai bahwa kesadaran kemanusiaan berbasis Pancasila bukan hanya gagasan moral, tetapi konstruksi peradaban yang relevan untuk masa kini. Dalam penyampaiannya, ia menyebut bahwa terlalu lama bangsa ini dicitrakan sebagai murid dunia, padahal sejarah membuktikan sebaliknya.

 

Ucok menjelaskan bahwa tokoh-tokoh Nusantara telah lebih dulu menanamkan dasar-dasar ilmu, budaya, dan moralitas yang diakui hingga mancanegara. Ia berkata, “Bangsa ini bukan murid dunia, bangsa ini adalah guru peradaban.” Pernyataan tersebut merujuk pada jejak Sunan sebagai pembawa obor dakwah, K.H. Faqih Mas Kumambang sebagai penjaga tradisi ilmu, Ki Hajar Dewantara sebagai pembebas pikiran, Muhammad Natsir sebagai pemersatu bangsa, serta Soekarno dan Syekh Al-Zaytun sebagai penggerak kesadaran nasional dan global.

 

Jejak kontribusi itu telah tercatat sejak abad ke-19, ketika K.H. Faqih Mas Kumambang lahir di Gresik pada 1857 dan tumbuh sebagai ulama yang menguasai tafsir, fikih, dan falak. Karya-karyanya seperti Al-Munzamah dan Ad-Dalail fi Awali al-Asyhur al-Qamariyah menjadi bukti bahwa tradisi ilmu Nusantara berkembang kuat sebelum modernisasi akademik diperkenalkan dari luar negeri. Tradisi tersebut terus berlanjut melalui era pergerakan nasional hingga masa kemerdekaan.

Baca Juga :  Dari Limbah Jadi Berkah: Ekoenzim Gerakkan Kampus Hijau dan Tri Dharma Perguruan Tinggi

 

Kesadaran peradaban Indonesia lahir dari tanah yang kaya nilai, mulai dari pesantren di Gresik, pusat-pusat pendidikan di Jawa, hingga gelanggang politik nasional di Jakarta. Ucok menilai bahwa setiap ruang sosial di Nusantara memiliki kontribusi terhadap pembentukan identitas kebangsaan. Ia menegaskan bahwa tanah air Indonesia merupakan tempat lahirnya para guru bangsa yang pemikirannya berakar kuat pada tradisi dan budaya lokal.

 

Gagasan bahwa Indonesia adalah guru dunia menjadi penting karena dunia modern kini sedang mencari panduan etika dalam menghadapi krisis global. Pancasila menawarkan nilai toleransi, kemanusiaan, dan keadilan yang sejalan dengan kebutuhan internasional. Ucok memisahkan penjelasan naratifnya dan menyampaikan kutipan langsung, “Ketika dunia bicara toleransi, kita sudah punya Bhinneka Tunggal Ika. Ketika dunia bicara hak asasi, kita sudah punya kemanusiaan yang adil dan beradab.”

 

Peran para tokoh bangsa memperlihatkan bagaimana nilai-nilai tersebut diterapkan secara nyata. Soekarno mengangkat martabat Indonesia melalui diplomasi politik dan ideologi nasional, sementara Syekh Al-Al-Zaytun menerapkan Pancasila sebagai praksis pendidikan multikultural. Dua pendekatan ini berpadu membentuk konstruksi kesadaran yang menumbuhkan kemanusiaan dan memberikan Indonesia modal budaya untuk tampil di panggung global.

Baca Juga :  AsMEN Selenggarakan Pelatihan Jurnalistik Pra-UKW untuk Tingkatkan Profesionalisme Wartawan

 

Ucok memaparkan bahwa pendidikan menjadi wahana paling strategis untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila sebagai soft power. Ia menyatakan bahwa Syekh Al-Zaytun memberi roh bagi gerakan pendidikan kesadaran, sedangkan Pancasila memberikan kerangka filosofis bagi diplomasi budaya Indonesia. Kedua aspek tersebut dianggap sebagai fondasi kekuatan baru yang diperlukan bangsa untuk memasuki abad ke-21 dengan posisi yang lebih percaya diri.

 

Di akhir narasinya, Ucok menegaskan bahwa bangsa Indonesia memikul mandat sejarah sebagai penggerak peradaban. Ia menyampaikan pernyataan langsung, “Al-Zaytun mendidik dan sudah pasti dunia akan terdidik.” Kesadaran nasional, menurutnya, bukan nostalgia masa lalu melainkan kompas masa depan yang memandu langkah diplomasi kemanusiaan Indonesia. Ia mengajak masyarakat agar tidak sekadar menjadi penonton sejarah, melainkan menjadi pelaku pembaruan yang terus menyalakan api kesadaran bangsa.  ***

Foto : Tangkapan layar @LognewsTV

 

Editor : Beritakita.click

Sumber Berita: LognewsTV

Berita Terkait

Komisioner Komnas HAM Tekankan Tanggung Jawab Kemanusiaan dalam Wisuda IAI Al-AZIS
Penguji UKW Lestantya R. Baskoro Tekankan Pentingnya Semangat Belajar bagi Wartawan Muda dan Madya
Pesan Rektor UGJ kepada Wisudawan IAI Al-Azis: Dari Wisuda Menuju Medan Pengabdian
UKW Wartawan Muda AsMEN Angkatan 65/2 Jadi Pengalaman Berharga bagi Jurnalis Kalbar
UKW AsMEN–LUKW UPDB Perkuat Integritas Wartawan di Tengah Disrupsi Digital
IDSurvey Goes To Campus Pattimura, Serahkan Beasiswa dan Kolaborasi Pengembangan Talenta Muda
Uji Kompetensi Wartawan Digelar di DPW AsMEN DKI Jakarta, Dorong Ketangguhan Jurnalis di Era Disrupsi
AsMEN Selenggarakan Pelatihan Jurnalistik Pra-UKW untuk Tingkatkan Profesionalisme Wartawan
Berita ini 60 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 18 Desember 2025 - 20:56 WIB

Komisioner Komnas HAM Tekankan Tanggung Jawab Kemanusiaan dalam Wisuda IAI Al-AZIS

Rabu, 17 Desember 2025 - 18:44 WIB

Penguji UKW Lestantya R. Baskoro Tekankan Pentingnya Semangat Belajar bagi Wartawan Muda dan Madya

Rabu, 17 Desember 2025 - 12:21 WIB

UKW Wartawan Muda AsMEN Angkatan 65/2 Jadi Pengalaman Berharga bagi Jurnalis Kalbar

Selasa, 16 Desember 2025 - 15:43 WIB

UKW AsMEN–LUKW UPDB Perkuat Integritas Wartawan di Tengah Disrupsi Digital

Senin, 15 Desember 2025 - 17:28 WIB

IDSurvey Goes To Campus Pattimura, Serahkan Beasiswa dan Kolaborasi Pengembangan Talenta Muda

Berita Terbaru

Kenali gejala diabetes

Nenavin memiliki kandungan senyawa aktif yang bermanfaat bagi penderita diabetes