Surabaya – Semangat pantang menyerah ditunjukkan oleh Wijoyo (54), seorang pedagang asal Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Meski sudah 14 tahun menderita sakit urat kejepit, ia tetap berjuang menjalani pengobatan dan pemulihan dengan penuh optimisme.
Kesibukannya berdagang membuat Wijoyo sempat mengabaikan kondisi kesehatannya. Rasa nyeri di pinggang yang muncul sejak lebih dari satu dekade lalu ia anggap sebagai hal biasa. Namun, perlahan tubuhnya mulai memberi tanda bahaya. Bagian betis kirinya mengecil dan sulit digerakkan.
“Awalnya saya pikir cuma pegal-pegal biasa karena sering angkat barang di toko. Tapi lama-lama, kaki kiri saya makin lemah. Akhirnya saya memutuskan periksa ke dokter,” ujarnya saat ditemui di sela kontrol kesehatannya di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Rabu (8/10/2025).
Dari hasil pemeriksaan medis, dokter menyatakan bahwa urat di bagian pinggangnya terjepit dan perlu dilakukan tindakan operasi saraf. Keputusan itu bukan hal mudah bagi Wijoyo dan keluarga. Apalagi, dokter menjelaskan risiko yang tidak ringan antara kemungkinan lumpuh total atau sembuh namun tidak sempurna.
“Jujur saya sempat takut, tapi saya yakin setiap penyakit pasti ada jalan sembuhnya. Akhirnya saya jalani operasi dengan pasrah dan berdoa,” katanya.
Operasi dilakukan beberapa bulan lalu di RSUD Dr. Soetomo. Pascaoperasi, kondisi Wijoyo mulai berangsur membaik. Betis kirinya yang dulu mengecil kini perlahan mulai menguat. Ia rutin menjalani fisioterapi dan kontrol sesuai jadwal yang ditentukan dokter.
Menurut salah satu tenaga medis RSUD Dr. Soetomo, proses pemulihan pasien urat kejepit memang membutuhkan waktu dan kedisiplinan.
“Yang terpenting adalah kepatuhan pasien dalam menjalani terapi serta menjaga semangatnya. Faktor psikologis sangat memengaruhi proses penyembuhan,” ujar seorang fisioterapis rumah sakit yang enggan disebut namanya.
Bagi Wijoyo, semangat untuk sembuh juga ia dapatkan dari berbagai sumber bacaan. Di rumah, ia kerap membaca buku motivasi dan kata-kata bijak dari berbagai ajaran baik Islam, Kristen, maupun filosofi Jawa.
Semua bacaan itu, katanya, mengajarkan hal yang sama: sabar, bersyukur, dan tidak menyerah pada keadaan.
“Saya belajar bahwa semua cobaan itu ujian dari Tuhan. Kita tidak boleh menyalahkan masa lalu. Yang penting berusaha dan tetap bersyukur atas apa yang masih ada,” tuturnya dengan mata berbinar.
Kini, meski belum pulih sepenuhnya, semangat Wijoyo menjadi inspirasi bagi warga sekitar. Rekan-rekan pedagang di pasar sering menjadikannya contoh bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti berjuang.
“Kalau Pak Wijoyo masih semangat walau jalannya belum normal, masa kita yang sehat malah malas bekerja,” ujar salah satu rekannya sambil tersenyum.
Bagi Wijoyo, kesembuhan bukan sekadar soal bisa berjalan kembali, tetapi tentang bagaimana hati tetap kuat menghadapi ujian hidup.
“Selama masih bisa berusaha, jangan berhenti berharap. Semua yang terjadi pasti ada hikmahnya,” ucapnya menutup perbincangan dengan penuh keyakinan. ***
Penulis : Dadan