Jakarta, Berita Kita – Presiden Republik Indonesia memberikan peringatan tegas kepada seluruh badan regulasi dan pejabat pemerintah yang enggan menyederhanakan regulasi di sektor migas. Peringatan ini disampaikan dalam pidato pembukaan Konvensi dan Pameran Tahunan ke-49 Indonesian Petroleum Association (IPA) yang diselenggarakan sebagai forum migas terbesar di Asia Tenggara dengan partisipasi lebih dari 60 negara.
Ancaman Tegas Presiden untuk Reformasi Regulasi
Dalam kesempatan yang dihadiri oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahad Dalia, Presiden Indonesian Petroleum Association Karol J. Gal, serta berbagai pejabat tinggi negara dan dubes negara sahabat, Presiden menyampaikan kritik keras terhadap kompleksitas regulasi yang selama ini menghambat investasi di sektor energi.
“Saya minta badan-badan regulasi, sederhanakan regulasi. Saya ulangi, sederhanakan regulasi. Tidak hanya di Indonesia, tapi Indonesia ahlinya. Indonesia ahli membuat regulasi yang demikian sulit untuk kita sendiri. Ini harus kita kurangi. Pejabat yang tidak mau mensederhanakan regulasi akan saya ganti, akan saya copot. Banyak anak-anak yang beri kesempatan,” tegas Presiden.
Perubahan Budaya Birokrasi yang Diharapkan
Presiden menjelaskan perlunya perubahan mendasar dalam budaya birokrasi Indonesia yang selama ini cenderung mempersulit proses. Kritik ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan mendesak untuk mempercepat pencapaian swasembada energi nasional yang menjadi prioritas pemerintahan saat ini.
Kepala negara menggarisbawahi bahwa fungsi utama pejabat pemerintah dan regulator adalah melayani masyarakat serta mendukung semua pihak yang ingin berinvestasi di Indonesia. Pendekatan ini dinilai krusial untuk mencapai hasil yang cepat bagi kepentingan rakyat di tengah dinamika dunia yang terus berubah.
“Saya minta dirubah budaya. Kalau bisa dibikin susah, kenapa dibikin gampang? Rubah cara berpikir seperti itu. Cara berpikir seperti itu tidak boleh lagi kita biarkan di republik kita yang kita cintai ini, Saudara-saudara,” ujar Presiden dengan nada tegas.
Pencapaian Awal di Sektor Energi
Presiden menyampaikan kebanggaannya atas pencapaian sektor migas dalam enam bulan pertama pemerintahannya. Minggu sebelum acara IPA, beliau telah meresmikan produksi perdana lapangan minyak Forel dan Terubuk di Kepulauan Natuna yang menjadi peresmian pertama lifting migas pada masa pemerintahannya.
Lapangan yang dikerjakan 100% oleh anak bangsa ini menghasilkan tambahan 20.000 barel minyak per hari dan 60 juta standar kaki kubik gas per hari. Angka ini dinilai sangat signifikan dibandingkan tren beberapa tahun terakhir dan menjadi tonggak penting dalam upaya mencapai swasembada energi nasional.
Visi Swasembada Energi dan Kedaulatan Bangsa
Dalam pidatonya, Presiden menegaskan bahwa kedaulatan suatu bangsa dijamin oleh dua kemampuan utama: memenuhi kebutuhan pangan dan energi secara mandiri. Filosofi ini menjadi landasan kebijakan pemerintah dalam mencapai kemandirian di kedua sektor strategis tersebut.
“Saya selalu mengatakan bahwa kedaulatan suatu bangsa dijamin oleh kemampuan bangsa itu untuk memenuhi pangan untuk bangsanya sendiri. Dan kedua, kemampuan bangsa itu untuk memenuhi kebutuhan energinya sendiri,” jelasnya.
Presiden mengoptimalkan bahwa Indonesia memiliki potensi energi yang sangat besar, baik dari sumber konvensional maupun terbarukan. Potensi geotermal, hidro, angin, dan gelombang laut dinilai luar biasa dan didukung teknologi yang sudah tersedia saat ini.
Kolaborasi Strategis dan Dana Investasi
Untuk mendukung pengembangan sektor energi, pemerintah telah menyiapkan Danantara Indonesia sebagai dana investasi strategis yang siap berinvestasi dalam proyek-proyek energi bersama mitra dalam dan luar negeri. Inisiatif ini bertujuan mendorong kolaborasi antara pihak swasta dalam negeri, swasta luar negeri, BUMN, dan pemerintah dari semua tingkatan.
Presiden menyambut baik komitmen industri migas Indonesia untuk mendukung transisi energi melalui berbagai inisiatif, termasuk carbon capture and storage dan inovasi-inovasi lainnya. Upaya ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan impor yang saat ini mencapai hampir 40 miliar dolar per tahun.
Dengan pendekatan kebijakan akal sehat dan kolaborasi strategis, Presiden yakin Indonesia tidak hanya akan mencapai swasembada energi, tetapi juga kembali menjadi pemasok energi dunia dalam waktu dekat. Dana yang selama ini digunakan untuk impor energi diharapkan dapat dialihkan untuk program strategis di bidang pendidikan, kesehatan, dan pengentasan kemiskinan. ***
Editor : Rizki
Sumber Berita: https://youtu.be/nZsSfKbvi1g?si=BTqNX2kWUr8FqN9U