Jakarta, BeritaKita —– Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Asosiasi Wartawan Profesional Indonesia (AWPI) memasuki hari kedua dengan agenda utama membahas waktu dan tempat pelaksanaan Kongres 2026. Kegiatan berlangsung pada Selasa, 14 Oktober 2025, di Jakarta, dihadiri oleh jajaran pengurus pusat, dewan pendiri, serta pimpinan daerah dari seluruh Indonesia.
Acara dimulai dengan pembacaan susunan kegiatan oleh panitia pelaksana. Dalam pemaparannya, panitia menjelaskan bahwa Rapimnas kali ini terdiri atas beberapa sesi penting, yakni pembukaan, sambutan Ketua Umum, rapat pleno, serta penyampaian pandangan umum dari peserta.
Sebelum sesi utama dimulai, seluruh peserta menundukkan kepala dan berdoa bersama sesuai dengan keyakinan masing-masing. Doa tersebut menjadi simbol pengharapan agar seluruh rangkaian kegiatan berjalan lancar dan membawa manfaat bagi organisasi.
Suasana forum berlangsung khidmat namun penuh keakraban. Moderator acara mengingatkan agar seluruh peserta tetap fokus dan menjaga kondusifitas dalam menyampaikan pandangan masing-masing selama rapat berlangsung.
Ketua Umum AWPI, Hengki Ahmad Jazuli, dalam sambutannya menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh peserta dari tingkat DPP, DPD, hingga DPC yang telah hadir. Ia menegaskan bahwa Rapimnas tahun ini difokuskan untuk membahas persiapan kongres yang menjadi agenda strategis bagi organisasi.
Hengki menjelaskan bahwa kongres merupakan amanat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga organisasi yang wajib dilaksanakan setiap lima tahun sekali. Ia menilai forum ini menjadi wadah penting untuk menentukan arah organisasi ke depan.
Menurutnya, keputusan bersama mengenai waktu dan tempat kongres perlu diambil dengan penuh pertimbangan dan musyawarah. Ia mengajak seluruh pengurus untuk memberikan masukan agar hasilnya dapat diterima dan dijalankan secara kolektif.
“Silakan teman-teman menyampaikan usulan waktu dan tempat kongres. Ini bagian penting dari proses demokrasi dalam tubuh organisasi kita,” ujar Hengki di hadapan peserta.
Dalam kesempatan itu, Hengki juga menyinggung sejarah panjang perjalanan AWPI sejak terbentuknya organisasi. Ia mengenang Kongres pertama AWPI yang diselenggarakan pada tahun 2018 di Lampung sebagai tonggak awal konsolidasi nasional.
Ia menuturkan bahwa dalam kongres tersebut, Hengki Ahmad Jazuli terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum menggantikan almarhum Saidi Nadianto. Namun, pada masa awal kepemimpinannya, sempat terjadi dinamika internal yang menyebabkan dualisme kepengurusan.
Permasalahan tersebut, menurut Hengki, sempat berdampak pada proses administrasi organisasi di Kementerian Hukum dan HAM. Melalui dialog dan komunikasi yang intens, persoalan tersebut akhirnya dapat diselesaikan secara baik.
Almarhum Saidi Nadianto bahkan menandatangani surat pernyataan bermaterai yang mengakui kepemimpinan Hengki Ahmad Jazuli secara sah. Sejak November 2021, kepengurusan AWPI resmi memiliki legalitas tunggal yang diakui secara hukum.
Hengki menegaskan bahwa keberadaan kepemimpinan yang sah dan solid merupakan pondasi bagi keberlangsungan organisasi. Ia menilai pengalaman masa lalu menjadi pelajaran berharga agar organisasi tetap bersatu dan profesional.
Dalam arahannya, Hengki juga menyampaikan bahwa masa jabatannya akan berakhir pada November 2026. Ia mengajak seluruh pengurus untuk mempersiapkan kongres dengan matang, termasuk penyempurnaan AD/ART, peraturan organisasi, hingga penyeragaman atribut dan seragam resmi AWPI.
“Kita sepakati bersama agar seragam organisasi, khususnya yang digunakan dalam kegiatan resmi, memiliki keseragaman warna dan lambang. Ini penting sebagai identitas dan simbol profesionalisme kita,” ucapnya.
Selain membahas atribut organisasi, Hengki juga menyoroti pentingnya kepemilikan Kartu Tanda Anggota (KTA) sebagai identitas resmi bagi setiap anggota AWPI. Ia menjelaskan bahwa KTA bukan sekadar tanda keanggotaan, tetapi juga bukti legalitas organisasi di mata publik dan pemerintah.
Ia menjelaskan bahwa iuran anggota sebesar Rp25.000 per bulan telah ditetapkan dalam kongres sebelumnya dan tertuang dalam Anggaran Dasar. Menurutnya, iuran tersebut bukan keputusan pribadi ketua umum, melainkan hasil kesepakatan organisasi.
“Saya ingin KTA dimiliki oleh seluruh anggota di daerah. Kalau pun iuran terasa berat, kita bahas bersama di forum ini. Tapi saya tidak ingin melanggar anggaran dasar karena itu adalah aturan tertinggi organisasi,” tutur Hengki dengan tegas.
Dalam sesi pleno, para peserta juga mengemukakan pandangan dan masukan terkait rencana kongres, termasuk usulan pelaksanaan di Kalimantan Tengah. Selain itu, dibahas pula hal-hal teknis seperti diklat jurnalistik, koperasi anggota, dan evaluasi struktur kepengurusan di daerah.
Beberapa peserta menekankan pentingnya keterlibatan kolektif seluruh pengurus di tiap tingkatan agar organisasi tidak berjalan secara sentralistik. Mereka berharap AWPI menjadi wadah kebersamaan yang menumbuhkan semangat kolaboratif di kalangan jurnalis daerah.
Dari DPD Jawa Tengah, perwakilan peserta menyoroti perlunya memperkuat koordinasi antara DPP dan DPD. Ia menilai komunikasi yang baik menjadi kunci agar seluruh program kerja pusat dapat dijalankan secara efektif di daerah.
Rapimnas juga menegaskan kembali rencana pembentukan koperasi AWPI yang telah lama menjadi aspirasi anggota. Koperasi tersebut diharapkan dapat menjadi wadah ekonomi yang mendukung kesejahteraan anggota dan memperkuat kemandirian organisasi.
Hengki menyampaikan pesan agar seluruh pengurus menjaga semangat kebersamaan dan tanggung jawab moral dalam membesarkan organisasi. Ia menegaskan bahwa besar atau kecilnya AWPI tergantung pada komitmen para anggotanya di seluruh daerah.
“Sejarah akan mencatat siapa yang berperan membesarkan AWPI di daerah. Sekecil apa pun kontribusi, itu akan menjadi bagian penting dalam perjalanan organisasi kita,” ujar Hengki menutup arahannya.
Rapimnas hari kedua ini berakhir dengan semangat persaudaraan dan komitmen bersama untuk memperkuat soliditas organisasi. Para peserta menyatakan kesiapan melanjutkan tahapan menuju Kongres 2026 sebagai bentuk tanggung jawab dan keberlanjutan kepemimpinan di tubuh AWPI.
Kegiatan tersebut menjadi momentum penting bagi AWPI untuk memperkuat peran wartawan profesional dalam membangun bangsa. Dengan semangat kebersamaan, para peserta sepakat untuk terus menjaga integritas, meningkatkan kompetensi, dan memperkuat marwah organisasi di tengah perubahan dunia media yang semakin dinamis. ***