Indramayu, BeritaKita–Indramayu tak hanya dikenal dengan hamparan sawah dan semilir angin pesisirnya. Pada Rabu, 6 Agustus, sebuah langkah monumental diambil: pendidikan kesetaraan bukan lagi sekadar wacana, melainkan gerakan yang hidup, berdenyut, dan mengubah nasib. Di bawah naungan Bidang Pendidikan Non Formal (PNF) Dinas Pendidikan, program “Indramayu Belajar” resmi diluncurkan melalui inovasi “Reang Belajar”—sebuah gerakan yang menyatukan semangat belajar, wirausaha, dan gaya hidup sehat dalam satu tarikan napas.
Belajar Tak Mengenal Usia: Dari Balon Harapan hingga Semangat Lansia
Acara dibuka dengan penuh semarak oleh Bupati Indramayu, Lucky Hakim, yang disambut alunan musik tradisional dan keceriaan siswa PAUD. Namun, momen paling menyentuh bukanlah seremoni, melainkan dialog hangat sang Bupati dengan seorang Warga Belajar berusia 70 tahun. Di tengah keramaian, terselip pesan yang menggugah: belajar bukan soal usia, melainkan keberanian untuk terus tumbuh.
“Sekolah memang tempat nyaman untuk belajar, tapi esensinya adalah kemauan belajar,” ujar Lucky Hakim. Ia menyebut para penggiat pendidikan sebagai “investor masa depan”—karena membangun manusia bukan proyek instan, melainkan proses panjang yang memerlukan kolaborasi dan cinta. Lucky Hakim juga meninjau stand-stand pameran hasil karya warga belajar dari 43 PKBM. Ia dengan telaten mendengarkan penjelasan proses produksi dari produk yang dipamerkan. Ia juga tidak segan mengendors produk – produk tersebut dengan berselfi ria.
PKBM Sebagai Lokomotif Wirausaha: Dari Wingko hingga Stik Nangka
Sebanyak 43 PKBM berpartisipasi dalam pameran wirausaha, memamerkan produk kreatif hasil karya Warga Belajar. Di stand PKBM Al Zaytun, wingko, stik nangka, dan keripik pisang berjejer rapi, menjadi bukti bahwa belajar bisa berbuah ekonomi.
Bunda Emil, Kepala Bidang PNF yang penuh semangat, menegaskan bahwa PKBM bukan hanya tempat belajar, tetapi juga ladang tumbuhnya wirausahawan baru. “Saya bersyukur Pak Bupati mau meng-endorse produk warga belajar,” katanya. Ia berharap PKBM mampu menggerakkan tiga elemen Indeks Pembangunan Manusia (IPM): pendidikan, ekonomi, dan kesehatan.
Sehat, Cerdas, Mandiri: Senam SKJ dan Gaya Hidup Baru
Tak hanya soal ijazah dan usaha, gaya hidup sehat juga menjadi sorotan. Warga Belajar PKBM Al Zaytun tampil di panggung kehormatan dengan senam SKJ 88, mengajak pengunjung untuk menjadikan kesehatan sebagai bagian dari keseharian.
“Ini supaya jadi inspirasi,” ujar Bunda Emil. Dengan tubuh yang sehat, semangat belajar pun tak mudah padam. PKBM menjadi ruang hidup yang menyentuh seluruh aspek manusia: jasmani, rohani, dan ekonomi atau indeks pendidikan, indeks kesehatan, dan indeks ekonomi/kesejahteraan.
Kolaborasi Desa dan Pemerintah: Menyisir Asa dari Pinggiran
Kepala Dinas Pendidikan Indramayu, Dr. H. Caridin, S.Pd. M.Si. menyampaikan bahwa rata-rata lama belajar masyarakat Idramayu baru mencapai 6,96 tahun. Target tahun ini: 7,5 tahun. Caranya? Menyisir minimal 100 Warga Belajar baru di tiap desa.
Gerakan ini bukan sekadar angka, melainkan upaya menyentuh mereka yang selama ini terpinggirkan dari sistem formal. Desa dan pemerintah bersinergi, menjadikan pendidikan sebagai gerakan sosial yang inklusif dan transformatif.
Epilog: Lentera yang Tak Pernah Padam
Di balik balon yang terbang ke langit, di balik wingko yang dikemas rapi, dan di balik senyum lansia yang baru belajar membaca, tersimpan satu pesan: bahwa belajar adalah hak setiap manusia, dan harapan selalu punya tempat untuk tumbuh.
“Reang Belajar” bukan sekadar program. Ia adalah lentera yang menyala di tengah gelap, menjadi penanda bahwa masa depan bisa dimulai dari mana saja—dari desa, dari dapur, dari panggung senam, bahkan dari tangan renta yang baru mengenal huruf.
Mari kita terus menyalakan semangat belajar. Karena di setiap usaha yang gigih, ada harapan baru yang menanti untuk diwujudkan. Dan di setiap langkah kecil, ada perubahan besar yang sedang tumbuh. ***
(Ali Aminulloh)