CILEGON, BERITAKITA || Satu tahun perjalanan Kampoeng Programming menjadi bukti bahwa gerakan pendidikan berbasis masyarakat dapat tumbuh meski tanpa modal besar. Program ini hadir di Kelurahan Lebak Denok sebagai wadah belajar teknologi, bahasa asing, dan berbagai keterampilan digital bagi anak-anak, remaja, hingga ibu rumah tangga. Berawal dari mimpi sederhana untuk membuka akses pembelajaran yang murah dan inklusif, Kampoeng Programming berkembang menjadi ruang pemberdayaan yang hidup dan aktif digunakan warga. Rabu, 17 November 2025.
Program ini berdiri berkat dukungan masyarakat yang diberikan sen demi sen, bukan hanya dalam bentuk uang, tetapi juga tenaga, waktu, dan komitmen. Dukungan dari Posyantek, sumbangan perangkat belajar, hingga rumah warga dan pos ronda yang dijadikan ruang belajar menjadi bagian penting dalam perjalanan awal. Seorang tokoh masyarakat pernah menyampaikan, “Kami membantu sebisa mungkin karena tempat belajar ini milik warga, bukan milik satu dua orang.” Kalimat itu menjadi semangat yang terus menguatkan komunitas ini.
Sejumlah pemimpin daerah ikut terlibat, memberikan dorongan moral dan fasilitas yang dibutuhkan. H. Sokhidin, S.H., Wakil Ketua I DPRD Kota Cilegon, hadir memberikan dukungan dan membantu pemenuhan sarana belajar. Kemudian Annisa M.A. Mahesa, S.E., B.Com selaku Anggota DPR RI turut memfasilitasi 10 laptop untuk kelas pembelajaran dan bersedia menjadi mentor tamu. Dalam beberapa kesempatan, ia menegaskan pentingnya akses pendidikan, “Anak-anak harus bisa merasakan manfaat teknologi tanpa terhalang fasilitas,” ujarnya.
Pemerintah Kelurahan Lebak Denok pun berkontribusi penuh dalam proses pengembangan komunitas ini. Lurah Lebak Denok, Nur Cholis, S.E., memberikan ruang, restu, dan dukungan sejak Kampoeng Programming pertama kali dirintis. Selain pemerintah, akademisi dari berbagai perguruan tinggi seperti Politeknik Industri Petrokimia Banten, Unbaja, STAK Cilegon, POLGRI Banten, UNIVAL, UNTIRTA, UNJANI, hingga Purdue University USA ikut memberi pandangan dan menjadi mitra aktif. Media lokal, seperti AWPI dan AsMEN, membantu menyebarkan cerita positif mengenai gerakan ini.
Dari kolaborasi pentahelix tersebut, Kampoeng Programming tidak hanya mengembangkan kelas digital, coding, dan desain, tetapi juga melahirkan program pembelajaran bahasa asing yang sangat diminati masyarakat. Warga kini dapat belajar Bahasa Korea bersama Mr. Kim Chang Su dan Oeuni. Maya, Bahasa Mandarin dengan pengajar Laoshi Linda, serta Bahasa Inggris dengan instruktur Ms. Adelyne. Program ini membuka peluang kerja, memperluas wawasan budaya, dan menambah kompetensi warga dalam menghadapi kebutuhan industri Cilegon.
Setiap pekan, ruang belajar sederhana itu dipenuhi cerita perubahan. Anak-anak yang dulunya belum terbiasa mengetik kini mampu membuat web sederhana. Ibu-ibu rumah tangga yang awalnya gagap teknologi kini bisa mengelola konten jualan online. Para remaja yang semula bingung arah mulai menemukan minat baru dan semakin percaya diri mengejar masa depan melalui desain, coding, editing, dan kelas bahasa asing. Banyak warga menyebut bahwa ruang ini menjadi tempat bagi mereka untuk “naik kelas” tanpa harus mengeluarkan biaya besar.
Meski begitu, fasilitas Kampoeng Programming masih sangat terbatas. Jumlah laptop belum memadai, ketersediaan Wi-Fi tidak stabil, dan alat pembelajaran masih jauh dari cukup. Bahkan kebutuhan sederhana seperti minum dan snack untuk peserta masih sering tidak tersedia. Keterbatasan itu tidak mematahkan semangat warga; justru menjadi alasan untuk terus berinovasi. Seorang relawan menyampaikan, “Kalau menunggu sempurna, tidak akan pernah mulai. Karena itu kami bergerak dari apa yang ada.”
Kini, setelah satu tahun berjalan, Kampoeng Programming telah membuktikan bagaimana perubahan dapat lahir dari masyarakat akar rumput. Program ini menjadi ruang belajar bersama, simbol dari bagaimana gotong royong dapat membangun peluang baru bagi masyarakat. Ke depan, komunitas ini menargetkan ruang belajar yang lebih layak, perlengkapan yang lebih lengkap, kurikulum yang lebih terstruktur, dan semakin banyak warga yang bisa merasakan manfaatnya. Perjalanan ini baru permulaan, dan simpul demi simpul akan terus dirangkai agar masa depan warga Lebak Denok, Cilegon, semakin terang. ***
Penulis : Atril
Sumber Berita: Liputan