Kab. Bekasi, BeritaKita — Di tengah maraknya tren desain rumah modern yang kerap menggunakan bahan logam dan beton, sebagian masyarakat justru kembali melirik bahan tradisional yang lebih ramah lingkungan dan bernilai estetika tinggi: bambu. Sabtu, 11 Oktober 2025.
Bambu, yang dikenal sebagai tanaman serbaguna, ternyata tak hanya cocok dijadikan bahan kerajinan tangan atau furnitur, tetapi juga bisa menjadi pagar rumah yang kuat sekaligus artistik.
Di beberapa wilayah di Bekasi dan sekitarnya, pagar bambu mulai kembali diminati karena dinilai efisien, murah, dan mampu mempercantik tampilan hunian dengan nuansa alami.
“Bambu itu bukan cuma bahan tradisional, tapi juga punya karakter kuat dan lentur. Kalau diolah dengan sentuhan seni, hasilnya bisa menyaingi pagar besi,” Dani (45), warga Kedung Jaya, Bekasi.
Menurutnya, satu batang bambu ukuran sedang dijual sekitar Rp15.000. Dengan biaya pembuatan yang jauh lebih rendah dibanding pagar besi yang bisa mencapai Rp500.000 per meter pagar bambu menjadi alternatif ekonomis bagi masyarakat.
“Bambu ini cocok untuk daerah dengan kadar air tinggi atau dekat pantai. Kalau besi gampang karatan, bambu justru tahan lama kalau dirawat dengan benar,” tambah Dani sambil menunjukkan hasil karyanya yang kokoh dan rapi.
Sentuhan Kreativitas Lokal
Tidak hanya fungsional, pagar bambu juga menawarkan nilai artistik. Beberapa warga memadukan anyaman bambu dengan motif tradisional seperti gedek, bilah vertikal runcing, atau kombinasi warna alami hijau dan cokelat muda. Hasilnya? Rumah terlihat unik dan sejuk dipandang mata.
Desainer interior asal Bekasi, Rani Arifin, menilai tren ini sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap konsep eco-living atau gaya hidup ramah lingkungan.
“Bambu punya nilai filosofi kuat: fleksibel, tumbuh cepat, dan bersahaja. Pagar dari bambu memberi kesan hangat dan menyatu dengan alam sesuatu yang mulai dicari banyak orang kota,” jelasnya.
Ramai Dipesan, Mudah Dibuat
Proses pembuatan pagar bambu tidak memerlukan peralatan canggih. Bambu dipotong sesuai ukuran, dikeringkan, lalu dirakit dengan ikatan rotan atau paku tahan karat. Dengan perawatan sederhana seperti melapisi minyak alami atau vernis pagar bisa bertahan hingga 5–7 tahun.
Tak heran, usaha kecil pembuat pagar bambu mulai bermunculan di berbagai daerah. Selain menekan biaya pembangunan rumah, tren ini juga membuka lapangan kerja baru dan mendorong pelestarian tanaman bambu lokal.
Kembali ke Alam, Kembali ke Nilai
Pagar bambu bukan sekadar pilihan murah, tetapi juga simbol kearifan lokal. Di saat banyak orang berlomba-lomba membangun pagar tinggi dari beton dan besi, sebagian warga Bekasi justru menemukan keindahan dalam kesederhanaan bahan alam.
“Yang penting bukan hanya tampil modern, tapi juga punya rasa dan jiwa,” tutup Dani dengan senyum bangga di depan pagar bambu buatannya yang tampak kokoh berdiri di halaman rumah.
Dengan kreativitas dan kesadaran ekologis, bambu membuktikan diri bukan sekadar tanaman liar di tepi sawah, melainkan sumber inspirasi yang menghadirkan keindahan dan ketahanan baik bagi rumah, maupun bagi bumi. ***
Penulis : Rizki