JAKARTA, BERITAKITA || Perjalanan Gregoria Mariska Tunjung menembus final Kumamoto Masters Japan 2025 layak disebut luar biasa. Dalam partai semifinal yang berlangsung penuh tensi di Kumamoto, Jepang, pebulu tangkis tunggal putri Indonesia itu sukses menumbangkan unggulan Taiwan, Pin Chian Chiu—pemain muda yang belakangan dielu-elukan sebagai calon penerus An Se Young sekaligus juara Korea Masters 2025.
Gregoria menang meyakinkan dengan straight set 21–16, 21–14. Meski skor tampak nyaman, jalannya pertandingan jauh dari kata mudah. Pin Chian Chiu datang membawa modal delapan kemenangan beruntun dan performa konsisten sejak awal turnamen. Namun Gregoria tampil dengan ketenangan yang belum pernah terlihat dalam beberapa turnamen terakhir.
Sejak menit pertama gim pembuka, Gregoria menunjukkan permainan yang sangat solid—agresif tapi sabar, tenang namun penuh inisiatif. Serangan-serangan Pin Chian Chiu yang biasanya tajam bisa diredam lewat pengembalian presisi Gregoria. Setiap kali lawan mencoba mengubah tempo, Gregoria merespons dengan strategi matang: mengajak bermain reli panjang sekaligus memancing Chiu keluar dari zona nyamannya.
Yang membuat kemenangannya terasa lebih dramatis, Gregoria baru saja pulih dari masalah “vertigo” yang sempat mengganggu performanya beberapa pekan terakhir. Kondisi itu membuat dirinya harus menahan ambisi dan mengatur ulang program latihan. Namun justru beban itu yang kini berubah menjadi energi positif baginya. Gregoria tampil dengan ekspresi lepas, seolah seluruh tekanan hilang begitu saja ketika kakinya menjejak lapangan semifinal.
Pada sisi lain, justru Chiu yang terlihat terbebani. Status sebagai juara Korea Masters dan rentetan kemenangan sebelumnya membuat banyak ekspektasi tertuju padanya. Di tengah lapangan, raut tegangnya terlihat jelas. Setiap kali tertinggal poin, Chiu berusaha memaksakan ritme cepat, namun upaya itu justru membuka celah yang dimanfaatkan Gregoria untuk memperlebar jarak.
Di gim kedua, permainan semakin didominasi Gregoria. Smash menyilangnya berkali-kali mematikan langkah Chiu. Ketika akhirnya Gregoria memastikan kemenangan, ia mengepalkan tangan tinggi-tinggi—ekspresi lega seorang petarung yang baru saja memenangkan pertarungan mental dan fisik sekaligus.
Kemenangan ini bukan hanya tiket ke final, tetapi juga penanda bahwa Gregoria telah kembali ke top performanya. Setelah sempat tersendat akibat masalah kesehatan, kini ia membuktikan bahwa dirinya masih salah satu tunggal putri paling berbahaya di kancah dunia.
Di partai final, Gregoria akan menantang pemenang duel antara dua legenda bulu tangkis Asia: Ratchanok Intanon dari Thailand atau Nozomi Okuhara dari Jepang. Siapapun lawannya, Gregoria menghadapi ujian berat. Namun melihat cara ia mengatasi semifinal, publik Indonesia berhak optimistis.
Gregoria kini hanya selangkah lagi dari gelar besar internasional yang sangat ia idamkan. Dan bagi seorang atlet yang perjalanan kariernya tidak selalu mulus, melangkah ke final bukan hanya tentang prestasi—tetapi tentang keberanian bangkit, keteguhan melawan keadaan, dan keyakinan bahwa kerja keras tidak pernah mengkhianati hasil. ***
Penulis : Dadan
Sumber Berita: Rilis