Jakarta, BeritaKita—-Pagi itu, matahari baru naik di langit Pulogebang. Di sudut gang kecil, beberapa warga tampak sibuk memilah sampah rumah tangga. Plastik, kertas, dan sisa makanan dipisahkan ke dalam wadah berbeda. Minggu, 12 Oktober 2025.
Di balik aktivitas sederhana itu, tersimpan semangat besar untuk menjaga lingkungan. Mereka adalah bagian dari komunitas yang tergabung dalam Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) Pulogebang, sebuah inisiatif lokal yang kini menjadi harapan baru bagi pengelolaan sampah di Jakarta Timur.
TPS 3R Pulogebang berdiri bukan tanpa alasan. Setiap hari, wilayah ini menghasilkan lebih dari satu ton sampah rumah tangga. Jika semuanya dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), beban Bantargebang semakin berat. Namun, berkat fasilitas TPS 3R, sebagian besar sampah kini dikelola langsung di tingkat kelurahan.
“Dulu kami bingung mau buang sampah ke mana. Kadang menumpuk di depan rumah, baunya ke mana-mana,” tutur Siti Rahma (42), warga RT 05 yang kini aktif membantu memilah sampah. “Sekarang, sejak ada TPS 3R, lingkungan jadi bersih. Bahkan kami bisa dapat kompos gratis untuk tanaman.”
TPS 3R Pulogebang mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos dan sampah anorganik menjadi barang bernilai jual. Plastik bekas dikumpulkan untuk didaur ulang, sementara kompos hasil olahan dijual ke petani urban atau digunakan warga untuk menanam sayuran. Dalam sebulan, pengelola bisa menghasilkan ratusan kilogram kompos yang siap pakai.
Ketua pengelola TPS 3R, Sutrisno (47), menyebut bahwa tempat ini bukan hanya soal sampah, tetapi juga tentang pemberdayaan masyarakat.
“Kami ingin warga tidak hanya menyerahkan sampah, tapi juga terlibat dalam pengelolaannya. Ada yang jadi petugas pengumpul, pemilah, bahkan pengrajin dari bahan daur ulang. Semua bisa berkontribusi,” ujarnya dengan semangat.
Selain menciptakan lingkungan yang bersih, keberadaan TPS 3R juga membuka peluang ekonomi baru. Hasil penjualan barang daur ulang dan kompos menjadi tambahan pendapatan bagi warga yang terlibat. Bahkan, beberapa ibu rumah tangga kini membuat kerajinan dari plastik bekas, seperti tas belanja dan pot tanaman, yang dipasarkan secara daring.
Pemerintah Kota Jakarta Timur turut memberikan dukungan berupa pelatihan dan peralatan pengolahan. Rina Oktaviani, Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur, mengatakan bahwa TPS 3R Pulogebang merupakan contoh sukses dari pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
“Model seperti ini akan kami dorong di wilayah lain. Kuncinya ada di partisipasi warga. Kalau masyarakat peduli, volume sampah ke TPA bisa berkurang drastis,” jelasnya.
Kini, TPS 3R Pulogebang bukan sekadar tempat pengolahan sampah. Ia menjadi pusat edukasi lingkungan, tempat warga belajar memilah, mengolah, dan mencintai bumi. Dari tumpukan sampah, lahir kesadaran baru: bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil di rumah sendiri.
Penulis : Dadan